Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Difabel Juga Butu Diperhatikan

www.turmuzitur.blogspot.com
Bergumul dengan barang elektronik, badan belepotan karena terkena kotoran barang elektronik yang diperbaiki, merupakan rutinitas yang hampir setiap dilakoni Edi setiap hari. Laki-laki (31) tahun dari lima bersaudara Lingkungan Tengari, Kota Praya Lombok (Loteng) Tengah NTB ini, merupakan satu dari sekian puluh penyandang status difabel di Loteng, meski hidup dalam serba keterbatasan secara fisik pada kaki, tapi masih mampu bertahan hidup, tanpa harus berdiam diri meminta belas kasihan orang lain.

Bermodalkan keterampilan memperbaiki barang elektronik, yang didapatkan sewaktu mengikuti kursus keterampilan yang diadakan Dinas Sosial bagi masyarakat penyandang difabel 2005 lalu. Dari hasil memperbaiki barang elektronik milik warga sekitar, maupun warga luar Lingkungan Tengari, Edi kini bisa menikmati kehidupan lebih baik dari sebelumnya bersama satu anak dan istrinya yang juga penyandang difabel.

Kisah sukses penyandang difabel juga bisa ditemukan pada sosok penulis buku besseler, Golagong. Keterbatasan dimiliki justru dijadikan Golagong sebagai pemicu semangat menjadi yang terbaik. Terbuti Golagong mampu mensejajarkan diri dengan penulis buku hebat dan terkenal lain dipentas nasional, dengan salah satu bukunya yang terkenal “Balada Cinta Si Roi”.

Ada juga sosok albert enstein, semasa kecil selalu mendapat ejekan sebagai anak bodoh dari teman termasuk gurunya disekolah. Karena mengalami keterbelakangan dalam memahami segala sesuatu yang diajarkan di sekolah. Tapi dengan semangat dan tekad kuad untuk belajar, alrbet einstin, mampu membalikkan stigma buruk tersebut melalui kehebatannya melakukan penelitian dan penemuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Cerita sukses Hardi, dengan jasa perbaikan barang elektronik Golagong dengan buku-bukunya, Albert Einstein dengan penemuan energi bom atomnya, membuktikan bahwa status sebagai penyandang difabel, bukan jadi halangan untuk berprestasi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kekurangan dan keterbatasan dijadikan sebagai pemicu untuk terus semangat melakukan hal lain yang lebih baik.

Belajar dari beberapa kisah sukses penyandang difabel di atas, rasanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membantu teman-teman penyandang difabel lain, yang mungkin saja saat masih berada dalam kondisi memperihatinkan, karena didiskriminasikan lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Menggandeng, aktivis, LSM, NGO serta kelompok masyarakat yang mau dan peduli terhadap penyandang difabel, untuk sama-sama mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan penyandang difabel, melalui pembinaan pendidikan dan keterampilan. Mengkampanyekan kepada masyarakat untuk tidak lagi memandang sebelah mata, dan tidak berlaku diskriminatif terhadab penyandang difabel, bahwa mereka juga sama seperti kita dan berhak mendapatkan perlakuan sama, tanpa harus membedakan.

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis