Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Difabel Juga Butu Diperhatikan

www.turmuzitur.blogspot.com
Bergumul dengan barang elektronik, badan belepotan karena terkena kotoran barang elektronik yang diperbaiki, merupakan rutinitas yang hampir setiap dilakoni Edi setiap hari. Laki-laki (31) tahun dari lima bersaudara Lingkungan Tengari, Kota Praya Lombok (Loteng) Tengah NTB ini, merupakan satu dari sekian puluh penyandang status difabel di Loteng, meski hidup dalam serba keterbatasan secara fisik pada kaki, tapi masih mampu bertahan hidup, tanpa harus berdiam diri meminta belas kasihan orang lain.

Bermodalkan keterampilan memperbaiki barang elektronik, yang didapatkan sewaktu mengikuti kursus keterampilan yang diadakan Dinas Sosial bagi masyarakat penyandang difabel 2005 lalu. Dari hasil memperbaiki barang elektronik milik warga sekitar, maupun warga luar Lingkungan Tengari, Edi kini bisa menikmati kehidupan lebih baik dari sebelumnya bersama satu anak dan istrinya yang juga penyandang difabel.

Kisah sukses penyandang difabel juga bisa ditemukan pada sosok penulis buku besseler, Golagong. Keterbatasan dimiliki justru dijadikan Golagong sebagai pemicu semangat menjadi yang terbaik. Terbuti Golagong mampu mensejajarkan diri dengan penulis buku hebat dan terkenal lain dipentas nasional, dengan salah satu bukunya yang terkenal “Balada Cinta Si Roi”.

Ada juga sosok albert enstein, semasa kecil selalu mendapat ejekan sebagai anak bodoh dari teman termasuk gurunya disekolah. Karena mengalami keterbelakangan dalam memahami segala sesuatu yang diajarkan di sekolah. Tapi dengan semangat dan tekad kuad untuk belajar, alrbet einstin, mampu membalikkan stigma buruk tersebut melalui kehebatannya melakukan penelitian dan penemuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Cerita sukses Hardi, dengan jasa perbaikan barang elektronik Golagong dengan buku-bukunya, Albert Einstein dengan penemuan energi bom atomnya, membuktikan bahwa status sebagai penyandang difabel, bukan jadi halangan untuk berprestasi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kekurangan dan keterbatasan dijadikan sebagai pemicu untuk terus semangat melakukan hal lain yang lebih baik.

Belajar dari beberapa kisah sukses penyandang difabel di atas, rasanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membantu teman-teman penyandang difabel lain, yang mungkin saja saat masih berada dalam kondisi memperihatinkan, karena didiskriminasikan lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Menggandeng, aktivis, LSM, NGO serta kelompok masyarakat yang mau dan peduli terhadap penyandang difabel, untuk sama-sama mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan penyandang difabel, melalui pembinaan pendidikan dan keterampilan. Mengkampanyekan kepada masyarakat untuk tidak lagi memandang sebelah mata, dan tidak berlaku diskriminatif terhadab penyandang difabel, bahwa mereka juga sama seperti kita dan berhak mendapatkan perlakuan sama, tanpa harus membedakan.

Bangun Kesadaran Masyarakat Melalui Film

Ayomenulis. Hari kedua training youth and human rights defenders, di vila Kampung Damai Bali kemarin, saya bisa berkesempatan bertatap muka lansung dengan salah satu pembuat dan penulis skenario film cukup ternama dari Jakarta, Abduh Aziz. Pembuat dan penulis skenario film yang telah menghasilkan puluhan hingga ratusan film yang pernah diputar dilayar lebar melalui bioskop maupun sejumlah TV nasional

Film yang dihasilkanpun cukup beragam. Mulai dari film dokumenter, hingga film bernuansa kritik sosial yang berlansung di tengah masyarakat, dengan sudut pandang berbeda termasuk dari sisi gaya, bentuk, maupun model sangat jauh berbeda, sebagaimana kebisaan dilakukan pembuat dan penulis skenario film lain di Indonesia.

Kemasan pesan moral dan kritik sosial hendak disampaikan juga sangat kreatif dan mencerahkan. Beberapa film yang telah diciptakan antara lain, rumah kita, korupsi ala kita, termasuk film tentang nasib Jemaah Ahmadiyah yang saat ini masih berada di pengungsian, Asrama Transito Kota Mataram

Selain berisi pesan moral dan kritik sosial, film dihasilkan juga cukup menghibur, dekat dengan kehidupan masyarakat, jauh dari kesan serius dan bisa diterima semua kalangan dan segenap lapisan masyarakat. Diskusi dan sharing tentang bagaimana membangun kesadaran masyarakat melalui media audio visual perfilmn dengan Abduh Aziz (28/10/13) setidaknya telah memberikan perspektif baru, membuka pikiran dam memperkuat keyakinan.

Bahwa melakukan gerakan perubahan ditengah masyarakat, tidak harus dengan suatu hal serius dan berat, bisa dimulai dari hal yang kelihatan kecil, tapi mampu menggugah dan membangun kesadaran masyarakat termasuk melalui film. Film dimaksud tentu bukan sekedar film, layaknya film yang banyak ditayangkan sejumlah stasiun TV. Selain kurang mendidik, motivasi pembuatan terkadang lebih bersifat komersil dan hiburan semata.

Film berkualitas, ringan, menghibur, sarat akan pesan moral, nilai pendidikan dan mampu menyentuh segenap lapisan masyarakat sudah pasti menjadi jawaban. Pilihan sejumlah orang menjadikan film sebagai media melakukan perubahan di tengah masyarakat, selain mudah terjangkau, film memiliki kelebihan bisa disaksikan lansung melalui media audio visual.

Kelebihan tersebut terbukti bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun perubahan dan kesadaran masyarakat tentang berbagai persolan di tengah masyarakat. Dalam kenyataannya, beberapa film dibuat oleh mereka yang memang peduli akan kondisi sosial masyarakat yang membutuhkan penyadaran, terbukti mampu menciptakan dampak positif dan mendapatkan dukungan besar dari berbagai kalangan masyarakat.

Sebut saja film“alangkah lucunya negeri ini” secara garis besarnya menceritakan, bagaimana praktik korupsi di Indonesia seakan sudah mentradisi tumbuh subur, tanpa terkendali “perbatasan” yang dibuat artis Masela Zelianty tentang nasib dan kehidupan masyarakat perbatasan yang hidup dalam serba keterbatasan, terpinggirkan, jauh dari kata kelayakan dan berkubang dalam kemiskinan.

Diceritakan film tersebut masyarakat pinggiran seakan terlupakan dan tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Film tersebut setelah diputar kemudian mengundang reaksi beragam dari masyarakat, pemerhati, aktivis dan kelompok masyarakat lain, mulai dari apresiasi terhadab Marsela sebagai pembuat flm, yang demikian peka dan masih peduli menyuarakan nasib masyarakat perbatasan yang nasibnya seringkali terabaikan oleh pemerintah.

Rasa simpati hingga caci maki terhadap pemerintah Indonesia, karena dinilai tidak becus memperhatikan nasib masyarakat pingiran. Fakta semacam ini membuktikan bahwa keberadaan film sebagai media membangun kesadaran masyarakat demikian penting dan sanga efektif, dan bukan sekedar sebagai media hiburan yang menyuguhkan tontonan murahan da

Menebar Kedamaian Melalui Tulisan

http://turmuzitur.blogspot.com/
Ayomenulis. Memasuki hari pertama training manual youth and human rights defenders, yang diselenggarakan The Asia Foundation (TAF), bekerjasama dengan Asia Justice And Rights (AJAR) di Kampung Damai Canggu bali, ada banyak hal menarik dan pengalaman,pengetahuan dan perspektif baru, yang saya dapatkan bersama teman peserta dari berbagai daerah lain, mengenai apa dan bagaimana upaya dan tindakan nyata yang bisa dilakukan dalam upaya melawan aksi kekerasan, tidakan sewenang-wenangan.

Dalam perjalanan seringkali dilakukan oleh aparat keamana, pemerintahan, maupun kelompok masyarakat yang cendrung menggunakan aksi kekerasan dalam menyelesaikan persoalan, menyikapi perbedaan pandangan dengan kelompok masyarakat termarginalkan. Terutama dalam kaitanya dengan penegakan, pelanggaran Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), kondisinya sampai saat ini masih cukup memperihatinkan.

Tindakan kekerasan, melalui kekerasan fisik maupun melalui politik kebijakan, main hakim sendiri dan sikap diskriminatif cendrung masih dominan mengemuka ditengah masyarakat, yang kemudian secara tidak lansung tidak mampu memberikan rasa keadilan bagi kelompok masyarakat minoritas. Perbedaan bukan lagi dipandang sebagai suatu kekayaan yang mesti dipelihara dan dipertahankan. Perbedaan sebaliknya kerap diposisikan sebagai ancaman, yang bisa berpotensi menimbulkan permusuhan dan perpecahan, serta menjadikan masyarakata jauh dari sikap saling toleran dan kekeluargaan.

Seringnya terjadi tindak kekerasan dan pelanggaran HAM, baik secara lansung dilakukan kelompok masyarakat tertentu, maupun dari aparat keamanan dan pemerintahan. Selain terkait persoalan penegakkan hukum yang lemah, juga karena faktor pemahaman dan kesadaran masyarakat, melakukan segala sesuatu berdasarkan norma dan hukum yang berlaku masih sangat kurang

Pertemuan perdana training youth and human rights defenders (29/10) cukup memberikan pencerahan dan perspektif baru bagi saya, bagaimana upaya nyata dan paling sederhana bisa dilakukan untuk turut serta melakukan pembelaan HAM, terhadap masyarakat korban tindak kekerasan. Salah satu di antaranya melalui tulisan, bisa berupa pesan perdamaian, maupun sharing informasi maupun pengalaman terhadap individu dan komunitas di tengah masyarakat.

Gerakan melakukan pembelaan HAM melalui tulisan selama ini justru telah terbukti berdampak besar membangun kesadaran dan solidaritas masyarakat, secara bersama-sama dengan masyarakat lain termasuk aktivis dan pegiat HAM yang memiliki visi yang sama memerangi dan menghapus segala macam bentuk tindakan diskriminasi dan kekerasan di tengah masyarakat, dengan mengkampanyekan pesan perdamaian.

Pelanggaran HAM juga tidak selamanya dalam tindakan kekerasan fisik, melainkan melalui kebijakan tidak pro keadilan dan keberpihakan terhadap kelompok minoritas, tidakan diskriminasi, intimidasi serta tindakan lain yang bisa merampas kebebasan orang lain untuk berekspresi mengeluarkan pendapat, terbebas dari rasa takut, kekerasan, perbudakan serta bebas untuk memeluk agama dan berkeyakinan. Untuk itu, pesan perdamaian melalui tulisan juga bisa menjadi media paling efektif, melakukan pemantauan, pembelaan maupun menyebarkan perdamaian.

Membaca dan Berbagi Cerita


Ayomenulis. Beberapa hari lalu saat saya berkunjung ke toko buku Gramedia Kota Mataram, saya bertemu dengan teman cewek lama, dan sempat berbincang lama sambil melihat koleksi buku yang terpampang di sejumlah rak toko buku Gramedia. Teman ini semenjak masih mahasiswa dulu, termasuk tipikal manusia paling gemar membaca buku terutama novel, tidak mengherankan mungkin karena terlalu banyak baca, sampai harus pakai kacamata. 

Kegemaran membaca novel semasa mahasiswa dulu, ternyata sampai saat ini masih ia lakoni. Saat bertemu di toko buku Gramedia kemarin, deretan buku novel yang terpampang lansung diserbu. Padahal saat ini teman ini sudah menjadi guru, dan seharusnya banyak mencari, membaca dan mempelajari buku mata pelajaran ditekuni. Saya sebetulnya cukup kagum dengan teman tersebut. 

Ditengah kesibukan mengajar, aktivitas membaca buku tidak pernah dilupakan.
Tapi giliran diberikan masukan menceritakan kembali buku yang pernah dibaca dalam bentuk tulisan, teman tersebut biasanya senyum cengengesan, dan berkata “nah itu dia tur saya malas dan bingung mau menulis dari mana, padahal dikepalaku banyak sekali ide maupungagasan yang ingin saya tuliskan, dari hasil membaca buku.

Tapi setiap duduk didepan laptop dan mulai menulis, tangan rasanya kaku, bingung sendiri hendak mau menulis tentang apa”, cerita teman tersebut. Cerita teman tersebut, mungkin satu dari sekian teman lain, mahasiswa dan siswa dalam keseharian gemar membaca buku, tapi malas, bahkan tidak pernah mencoba menceritakan ulang hasil bacaan dalam bentuk sebuah tulisan, dan dibiarkan lewat begitu saja. 

Membaca gaya macam ini biasanya bisa mengurangi kenikmatan membaca. Aktivitas membaca terkadang terasa hambar dan membosankan. Padahal dalam setiap lembaran buku dibaca selalu ada ide, gagasan,hal menarik, unik yang bisa dijadikan pelajaran ataupun rujukan dikemudian hari dalam berbagai bentuk kegiatan, termasuk aktivitas penulisan. Mengingat dalam setiap aktivitas kehidupan, terlebih ketika berbenturan dengan pekerjaan, aktivitas menulis  senantiasa tetapdibutuhkan

Karena itu tidak ada lasan sebenarnya untuk tida menyukai aktivitas menulis.
Dalam beberapa kali kesempatan diundang berbagi pengalaman tentang menulis dengan teman-teman mahasiswa maupun dengan teman siswa di sejumlah sekolah, ada beberapa pertanyaan yang kerap terlontar dan sudah pasti dilontarkan teman mahasiswa maupun siswa, baik melalui kegiatan pelatihan maupun diskusi. 

Bagaimana memulai menulis, trik apa saja perlu dilakukan supaya bisa menulis, menulis yang baik itu seperti apa dan adapula yang mengaku merasa kesulitan bahkan tidak bisa menulis. Dilempari pertanyaan seperti itu saya biasanya mengatakan menulis dan menulislah. Menuliskan hasil bacaan, pengelihatan, pengamatan dan apa yang dirasakan.
Dengan sering latihan, kemampuan menulis akan terbentuk dengan sendirinya. 

Sebab kemampuan menulis pada dasarnyabukan masalah bakat bawaan, keturunan, seberapa sering mengikuti pelatihan dan sehebat apapun menguasai dan memahami teori tentang tehnik dan tatacara penulisan. Sebab bagi saya tidak ada teori baku dalam penulisan.

Termasuk sejumlah buku yang ditulis oleh para penulis hebat dan fenomenal tentang tehnik, kiat, trik dan tatacara menulis yang baik. Apa yang dikemukakan penulis tersebut dalam bentuk buku, lebih berangkat dari pengalaman pribadi selama menjalani dan menekuni aktivitas menulis, yang kemudian diabadikan dan didokumentasikan dalam bentuk buku bacaan. karena itu menulislah

Memulai Pembangunan Dari Pedesaan


http://turmuzitur.blogspot.com/
Desa Bangket Molo, satu dari sekian puluh desa terpencil dan berada di daerah pinggiran Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Provinsi NTB, yang hampir sebagian besar masyarakatnya sehari-hari berprofesi sebagai petani. Hampir paruh waktu dari pagi hingga menjelang petang, mereka habiskan hanya untuk bekerja membanting tulang menggarap sawah. 

Karakterpekerja keras sebagian besar masyarakat tersebut, telah menjadikan mereka tampil sebagai pribadi disiplin, ulat dan tidak mudah menyerah. Terbukti dari hasil buah kerja keras tersebut, tidak sedikit di antara masyarkat petani Bangket Molo mampu menikmati kehidupan lebih baik dari hasil pertanian yang dikerjakan.

Tempo hari semangat dan mental kerja keras tersebut belum sepenuhnya mampu diimbangi dengan perhatian dan kualitas kesehatan memadai baik dari pemerintah melalui program penyuluhan kesehatan, maupun berdasarkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga pola hidup sehat. 

Perhatian kurang, ditambah tingkat kesadaran dan pemahaman yang masih minim tentang arti penting memelihara pola hidup sehat, telah menjadikan sebagian masyarakat pedesaan demikian acuh dan kurang terlalu memperdulikan kondisi kesehatan. Mereka hanya berfikir bagaimana bekerja dan terus bekerja. 

Perawatan kesehatan cendrung dilakukan seadanya, termasuk ketika mengidap penyakit, masyarakat lebih memilih berobat dan melakukan konsultasi kesehatan dengan  tabib maupun dukun kampung, dari pada berobat dan melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter puskesmas maupun rumah sakit.

Tradisipengobatan tradisional menggunakan jasa dukun, terutama untuk jenis penyakit yang dianggap timbul akibat santet maupun sihir yang dilakukan seseorang, terbukti masih tetap laku digunakan dan lebih dipercaya mampu menyembuhkan penyakit, daripada jasa pengobatan dokter puskesmas dan rumah sakit

Lebih memperihatinkan banyak di antara ibu hamil harus menderita kesakitan, selama proses persalinan berlansung. Karena proses persalinan hanya ditangani dukun beranak, yang secara
pengetahuan dan pemahanan mengenai tindakan pertolongan pada ibu hamil termasuk melahirkan masih sangat minim. Walhasil tidak sedikit di antara ibu hamil, tanpa terkecuali anak dalam proses persalinan harus meregang nyawa.

Kini setelah pemerintah membuat berbagai gebrakan dan terobosan baru bidang kesehatan, cerita dan ketakutan tentang ibu hamil yang mati melahirkan pelan-pelan sudah tidak lagi ditemukan, dengan tersedianya tenaga bidan desa, masyarakat yang dulu ketika mengidap penyakit banyak berobat ke dukun, sekarang lebih familier dan banyak melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter puskesmas dan rumah sakit.

Pemerintah pusat termasuk pemerintah daerah semenjak beberapa tahun terahir gencar menggelontorkan berbagai terobosan dan program kebijakan baru dibidang kesehatan, sebagai salah satu upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat pinggiran dan pedesaan. Meminimalisir tingkat angka kematian bayi (AKB) dan ibu hamil.

Melalui pemberian subsidi kesehatan bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara geratis di puskesmas dan rumah sakit, dengan membagikan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) atau populer disebut masyarakat dengan istilah kartu tanda miskin (KTM) dan Jamkesda.

Termasuk program perdesaan sehat dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertingga (KPDT) bekerjasama Kementrian Kesehatan guna memperbaiki dan mengentaskan masalah kesehatan masyarakat pedesaan, dengan mengirim dokter, bidan dan disebar ke seluruh pedesaan. Termasuk dengan memberdayakan semua kader posyandu yang tersebar di seluruh desa.

 Dokter dan bidan yang dikirim KPDT ke setiap daerah pedesaan tersebut, nantinya diharapkan, selain sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat pedesaan tertinggal, juga diharapkan bisa lebih kreatif dalam mendorong dan membangun kesadaran masyarakat di bidang kesehatan, secara individu maupun kelompok dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada.

Disisi lain pemerintah sebagai pemegang kebijakan, diharapkan tidak sekedar membuat kebijakan maupun  aturan di atas kertas semata, termasuk dalam hal pencanangan program. Harus dikawal dan melakukan pengawasan lebih serus, memastikan program terealisasi sesuai yang diharapkan. Tanpa terkecuali programa perdesaan sehat dari KPDT yang sedang berlansung saat ini 

Pengawasan Butuh Keseriusan
Bidang kesehatan saat ini menjadi salah satu fokus perhatian KPDT, terutama bagi masyarakat desan. Mengingat masalah kesehatan pada masyarakat pedesaan selama ini masih cukup memperihatinkan dan seringkali menuai banyak persoalan. Sebut saja program kesehatan gratis melalui kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesma), atau dalam istilah masyarakat kurang mampu, populer disebut “kartu tanda miskin”

Sebagian besar masyaratan pengguna Jamkesmas mengaku sering diperlakukan diskriminatif dalam hal pelayanan, dari petugas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit Daerah, praktik pungutan liar (Pungli) berkedok pembayaran administrasi, sampai mendapatkan penolakan, dengan alasan tidak masuk akal dan rasional.

Menangani persoalan kesehatan demikian akut di tengah masyarakat, pemerintah, dalam hal ini memang tidak hanya mengandalkan program-program dicanangkan yang sudah ada, baik melalui Kementerian kesehatan, maupun melalui kementerian lain, termasuk program perdesaan sehat yang digelontorkan KPDT saat ini. 

Keberhasilan dan capaian program juga tidak bisa diukur dari besaran anggara digelontorkan, kebijakan, seperangkat aaturan maupun seberapa banyak jumlah perawat, dokter, dan bidan yang diterjunkan. Pengawasan secara berkelanjutan terhadap realisasi dan capaian program, dengan melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat tentu akan lebih memberikan hasil maksimal. 

Tenaga kesehatan, dokter dan bidan yang ditempatkan ke pelosok pedesaan juga, harus dari mereka yang benar-benar serius. Memiliki komitmen besar, siap sedia bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan kesadaran pribadi, tuntutan hati nurani untuk mengabdi, bukan karena kebutuhan profesi mencari pekerjaan semata. 

Sebab menangani kesehatan masyarakat pedesaan, tentu berbeda dengan menangani masyarakat perkotaan. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di pedesaan berdasarkan motivasi mencari pekerjaan, jelas tidak akan mampu memberikan hasil maksimal sebagaimana diharapkan, mewujudkan perdesaan sehat.

Dokter dan bidan semestinya juga tidak saja berbicara soal bagaimana melakukan pengobatan semata. Lebih dari itu, seorang dokter tenaga kesehatan maupun bidan memiliki tanggung jawab sosial dan moral besar. Membina dan menumbuhkan kesadaran masyarakat pedesaan, baik saat bertugas secara kedinasan dipuskesmas dan posyandu maupun diluar jam kerja, dengan turun lansung, berkunjung kesetiap dusun atau permukiman warga.

Melakukan pengamatan dan kegiatan penyuluhan, menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga pola hidup sehat. Dokter dan bidan juga berfunsi sebagai pisikolog, mendekati dan menyadarkan masyarakat melalui pendekatan emosional dengan masyarakat setempat, termasuk dengan menggandeng tokoh pemuda, agama dan masyarakat, termasuk kader posyandu desa setempat.

Peningkatan dan perbaikan kualitas kesehatan memadai dan memuaskan, dengan melibatkan, partisipasi, peran serta segenap unsur, dan lapisan masyarakat, pemanfaatan berbagai potensi yang terdapat didesa, merupakan modal sosial besar yang meski dimanfaatkan pemerintah, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pedesaan di bidang kesehatan, termasuk melalui program perdesaan sehat KPDT

Dinasti Panglima Kata-Kata

http://turmuzitur.blogspot.com/
Dalam beberapa bulan terahir, publik dihebohkan dengan penangkapan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Muhtar, yang kemudian merembet pada terbongkarnya korupsi yang melibatkan dinasti Gubernur Banten, Ratu atut. Dari penulusuran KPK dan pemberitaan media, ternyata hampir sebagian besar jabatan politis, dikuasai keluarga besar ratu atut.

Mulai dari jabatan Gubernur yang dijabat oleh ratu atut sendiri,Bupati, Walikota, DPR hingga kontraktor yang menangani proyek tender dari pemda Banten, termasuk sejumlah aset bernilai puluhan hingga ratusan miliar. Walhasil akibat praktik korupsi yang dilakukan dinasti Ratu Atut, negara dirugikan hingga mencapai ratusan miliar.

Lantas apa hubungannya dengan dinasti panglima kata-kata?he...he...kata dinasti tidak harus melekat pada kekuasaan jabatan pemerintahan, yang dikuasai keluarga politisi maupun kepala daerah tertentu. Kata dinasti juga bisa disematkan pada organisasi politik, kepemudaan, masyarakat, pendidikan lembaga maupun unit perkumpulan lain.

Melibatkan mereka yang tergabung didalam maupun yang sudah diluar dan tidak lagi terlibat secara lansung dalam kegiatan organisasi (alumni). Sudah menjadi tradisi turun temurun mungkin dari setiap organisasi, ormas termasuk perkumpulan lain, untuk tetap menjalin hubungan komunikasi dan pertemanan dalam bingkai hubungan kekeluargaan, baik sesama pengurus, anggota termasuk alumni.

Melalui kegiatan reuni maupun kegiatan lain yang biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali. Kegiatan reuni maupun undangan dalam bentuk sejumlah rangkaian kegiatan pelatihan yang melibatkan alumni, selain sebagai kegiatan silaturrahmi mempererat ikatan persaudaraan dan pertemanan, juga sebagai ajang refleksi mengenai kiprah dan prestasi organisasi selama berdiri dan telah melahirkan alumni berprestasi.

Tersebar dan bekiprah di berbagai instansi dengan berbagai latar dan profesi.
http://turmuzitur.blogspot.com/
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) RO’YUNA, termasuk salah satu dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di NTB, yang telah melahirkan sekian ratus alumni berprestasi dan telah berkiprah di tengah masyarakat dengan berbagai latar profesi. Dari Jurnalis, konsultan prusahaan tambang, coporit, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga PNS.

Realita ini membuktikan bahwa kiprah RO’YUNA selam belasan tahun telah mampu melahirkan alumni berprestasi dan diperhitungkan ditengah masyarakat. Minggu 13 oktober 2013 bertepatan dengan penerimaan anggota baru LPM RO’YUNA dan pelatihan jurnalistik tingkat dasar (PJTD) saya bersama sejumlah teman-teman alumni lain diundang pada malam puncak pelatihan.

Berbagi pengalaman, sharing informasi, dan memberikan motivasi dengan anggota baru yang jumlahnya mencapai puluhan orang. Jumlah yang cukup besar untuk ukuran UKM sekelas LPM RO’YUNA, yang dalam perjalanan tahun sebelumnya, tidak banyak diminati mahasiswa. Sebab bersentuhan lansung dengan kegiatan berfikir dan menulis.

Tidak heran dari sekian banyak UKM dan organisasi kemahasiswaan, LPM RO’YUNA termasuk UKM yang paling sedikit peminat dan banyak yang mengundurkan diri secara sleksi alam. Ada kebanggan tersendiri dengan kemajuan yang telah dicapai RO’YUNA sampai saat ini. Kini 15 tahun sudah kiprah RO’YUNA, dan ini sekaligus akan semakin memperkuat dan mengokohkan keberadaan RO’YUNA sebagai “dinasti panglima kata-kata

Semangat dan Bangkit Dari Kemalasan

http://www.turmuzitur.blogspot.com/
Ayomenulis. Sudah sekitar tiga mingguan lamanya saya tidak pernah menulis, mengisi dan mengutak atik blog. Tidak tau selama tiga minggu lebih, keinginan dan semangat memulai duduk barang sejenak menuliskan ide, hasil pengamatan dan kisah perjalanan selama tiga minggu terasa seperti berada di titik paling jenuh dan membosan untuk dilakukan.

Sampai beberapa teman bloger juga bertanya, kenapa saya tidak pernah memosting tulisan terbaru di blog ayomenulis, termasuk sejumlah teman pengguna facebook dan sejumlah pembaca setia saya, terutama tulisan yang banyak menyorot maslah fenomena caleg menjelang pileg mendatang, termasuk terkait pelayanan publik.

Belum lagi rasa iri sekaligus khawatir dengan beberapa teman bloger yang terus mengejar dan hampir menyalip reting pengunjung blog ayomenulis, sebut saja blog rumah separuh yang jumlah pengunjungnya sudah mencapai lima ribuan lebih. Ada juga blog yusuf baru, sharing informasi, rekam jejak dan sejumlah blog lain, saat ini sedang berlomba meningkatkan jumlah pengunjung. Mengambil hati pembaca dan pengguna jejaring sosial lain, dengan menampilkan bacaan yang menarik dan menyenangkan  

Tapi sekali lagi, turmuzi, tetaplah turmuzi, dalam saat tertentu bisa memiliki semangat dan motivasi demikian tinggi dan berapi-api, terkadang juga bisa sangat tidak termotivasi dan mudah emosi. Bagaikan motor kehabisan bensin, mod dan tanganku untuk membuka laptop dan memulai menulis juga terasa sangat berat. Selain memang sedang ada pekerjaan yang cukup memeras emosi dan makan hati, Waktu luang yang ada juga lebih banyak aku habiskan keliling, internetan, nonton filem dan diskusi dengan teman.

Naskah karya tulis ilmiah populer yang hendak aku ikutkan dalam jambore perdesaan sehat, yang diselenggarakan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) yang batas ahirnya sampai tanggal 20 oktober, baru tadi siang bisa saya rampungkan, selama seharian  penuh duduk mempelototi laptop, dari pagi hingga menjelang siang.

Tapi saya selalu meyakini kalau semangat menulis itu masih ada, dan tetap akan selalu ada. Terpenting sekarang ini seberapa besar kemauan untuk bangkit dan melawan rasa malas, melakukan atau menciptakan sesuatu yang lebih baik dari hari kemarin. Meminjam instilah Mery Riana “jangan pernah menyesali berapa kali tangan kita gagal menggapai sesuatu, tetapi berfikirlah seberapa sering kaki mampu menginjak bumi”

Sesuatu yang kelihatan dekat dan mudah untuk kita miliki dan dapatkan, ternyata tidak menjadi jaminan bisa dapatkan dengan sesuai keinginan hati, butuh perjuangan, dan terkadang bisa jadi bumerang dalam kehidupan

Pahlawan Pangan yang Terpinggirkan


Geliat pembangunan di Kota Mataram dalam beberapa tahun terahir mengalami peningkatan cukup signifikan. Pembangunan bidang infrastruktur termasuk salah satu bidang pembangunan yang kerap menjadi banyak sorotan, karena sifat fisik yang mudah dilakukan maupun, seringkali menimbulkan persoalan. Tercatat dalam beberapa tahun terahir laju pembangunan infrastruktur, terutama bangunan perumahan, ruko dan perkantoran terus bermunculan.

Bangunan perumahan paling dominan menghabiskan hampir sebagian besar lahan di Kota Mataram. Lahan pertanian termasuk lahan paling besar terkena imbas laju pertumbuhan bangunan perumahan. Hampir disetiap sudut Kota Mataram, bangunan perumahan, milik sejumlah perusahaan pengembang bisa ditemukan, dengan ukuran dan tipe bangunan cukup beragam.

Pembangunan bidang infrastruktur dalam ditengah kehidupan masyarakat memang sudah menjadi tuntutan tidak terelakkan untuk dilakukan, terlebih ditengah lingkungan kehidupan masyarakat perkotaan. Tingkat pertumbuhan populasi penduduk yang berkembang demikian tinggi, mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan ketersedian infrastruktur perumahan dalam skala besar sangat dibutuhkan

Menjadi sangat na’ifan kemudian kalau laju pertumbuhan pembangunan perumahan mampu dihentikan, karena memang merupakan bagian kebutuhan tidak terlakkan. Namun tidak berarti laju pertumbuhan bangunan tidak bisa ditekan, kalau saja pengawasan, implementasi undang-undang dan prodak perda yang mengatur masalah ijin mendirikan bangunan (IMB) mampu direalisasikan secara maksimal oleh pemkab maupun pemkot suatu daerah

di Kota Mataram pertumbuhan bangunan perumahan dari perusahaan pengembang, maupun yang dilakukan perorangan sampai saat ini sudah demikian menghawatirkan dan menjadi ancaman bagi keberdaan areal lahan pertanian dari kepunahan. Prodak hukum, berupa UU dan perda diberlakukan Pemkot tentang IMB melalui Dinas Tata Kota tida terlalu berpengaruh apa-apa menahan laju pertumbuhan bangunan perumahan.

Terbukti laju pertumbuhan bangunan justru semakin membabi buta. Entah karena ketidak tegasan dalam memberlakukan aturan belaka, atau mungkin ada permaianan di balik meja kerja. Hampir di setiap sudut Kota Mataram pertumbuhan bangunan perumahan sudah sedemikian merajalela. Jalan lingkar selatan misalkan, tempo hari semasa pemerintahan almarhum walikota mataram, H. Muhamad Ruslan, kawasan ini sempat diwacanakan akan dijadikan sebagai kawasan hijau  paru-paru Kota.
Aroma nuansa alam yang masih asri dan masih alami, dengah hamparan sawah dipenuhi tanaman padi hijau, kawasan ini juga masih belum banyak dijejali bangunan perumahan, maupun perkantoran sebagaimana sekarang.

Meski baru sebatas wacana, dan belum sempat terealisasi, ide H. Ruslan ini tergolong cukup cemerlang dan patut mendapatkan apresiasi. Mengingat dengan menjadikan jalan lingkar selatan sebagai kawasan paru-paru Kota, selain bisa dijadikan sebagai kawasan bagi masyarakat Kota Mataram bisa menghirup udara segar, maupun rekreasi. Pemkot Mataram secara tidak lansung juga telah melindungi areal pertanian masyarakat, dari ancaman penggusuran dan kepunahan akibat pembangunan.

Namun rencana tersebut urung terealisasi, seiring masa pemerintahan H. Ruslan periode tahun kedua berahir, dan tampilnya Ahyar Abduh sebagai Walikota dengan Mohan Roliskan, sebagai wakil walikota. Kebijakan tersebut kemudian tidak dilanjutkan. Walhasil luas areal lahan pertanian yang dikelola masyarakat hampir setiap tahun mengalami penyempitan.

Bisnis Pembangunan perumahan BTN oleh sejumlah PT dan CV, paling berkontribusi besar menyebabkan terjadinya penyempitan hampir sebagian besar areal lahan pertanian masyarakat Kota Mataram. Para pelaku bisnis property seakan melenggang bebas tanpa kendali, menjalankan bisnisnya secara membabi buta,  merampas dan merampok areal pertanian masyarakat, tanpa mengenal kata ampun.

Kondisi ini sedikitnya telah menimbulkan trauma dan ketakutan tersendiri bagi masyarakat petani Kota Mataram dari ancaman penggusuran dan hilangnya lapangan pekerjaan. Dan hal sebenarnya telah berlansung lama, bahkan sejumlah tokoh masyarakat, bersama puluhan petani Kota Mataram pernah melakukan musyawarah, dan sempat melaporkan sejumlah PT pemilik bisnis perumahan BTN, ke Pemkot Mataram. Karena dinilai merugikan petani.

Alih-alih mau dibela apalagi nasib diperjuangkan. Pemkot Mataram mudah saja menilai kalau pertumbuhan bangunan tidak bisa dikendalikan, karena sudah merupakan kebutuhan, dan preogatif pemilik lahan. Logikanya Pemkot termasuk DPR sebagai pemegang kebijakan, apa yang tidak bisa dilakukan, kalau memang mereka serus membela dan memperjuangkan kepentingan petani. Indikasinya, kemungkinan ada permaianan dan muatan kepentingan.
   
Ite jari petani leq mataram ne nani bingung, endeqte taon yaq entan, sere solit bae, Nani lamung yaqte jual tanaq ne, enggaq-enggaqn arane pengadik adiq dengan toaq, embe bangket araq sekediq endah. Embe bae taoqke yaq peteang senine anaq impan kaken, soal ite ne enggaqne entan tao pete pengaken penelen lengan bangket, jari petani, anangte yaq tao ape maraq dengan lalo bedagang atau jari PNS, ape laginte malik yaq jari datu maraq dengan-dengan saq sugih tie. Ite saq jari dengan jeleng ni nani jaq pokoqte mauq mangan dait taon sekolahang anaqte bae, uah cokop

“Kita jadi petani di Mataram ini sekarang bingung, tidak tau harus bagaimana, makin sulit saja. Sekarang sawah kita hanya sedikit, dan satu-satunya harta warisan peninggalan orang tua. Sekarang kalau sawah ini saya jual, paling harganya berapa, terus dimana saya bisa mencari kebutuhan hidupi sehari-hari istri dan anak. Soalnya hanya ini yang bisa kita lakukan mencari sesuap nasi dengan bekerja menggarap sawah.

Bagaimanapun pengembangan kawasan perumahan di Kota Mataram secara umum memang tidak bisa dihindari, karena telah menjadi kebutuhan uatam masyarakat, terlebih kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Tapi bukan berarti hal tersebut tidak cukup menjadi solusi. Pemkot melalui Dinas Tata Kota dengan prodak UU dan perda dimiliki semestinya mampu menggunaan kewenangan membatasi pemanfaatan ataupun penjualan lahan pertanian.  

Kalau areal persawahan terus dibiarkan dipenuhi bangunan perkantoran dan perumahan, tanpa pengendalian. Bisa dibayangkan bagaiman wajah Kota Mataram lima sampai sepuluh tahun kedepan.  Yang tadinya memiliki banyak areal persawahan sebagai sumber swasembada pangan, sebagai kawasan hijau, paru-paru Kota dan lokasi wisata alam. Bisa jadi yang tersisa hanya tinggal kenangan

Pilkada Hanya Milik Parpol dan Pemodal


Dosen Civic Education Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Dr Saleh Ending mengatakan kebanyakan pelaksanan pesta demokrasi Pemilukada Cagub dan Cawagub yang berlansung di daerah, tidak terkecuali NTB, hanyalah milik Partai Politik (Parpol) dan para pemodal. 

Hampir dalam setiap pengambilan kebijakan, kepentingan parpol, penguasa dan pengusaha senantiasa lebih banyak mengemuka ketimbang kepentingan masyarakat.

Menurut Saleh, kepentingan masyarakat seakan diposisikan sebagai sesuatu hal tidak terlalu penting. Keberadaan Masyarakat baru mendapatkan perhatian ketika, kepentingan parpol dan para pemodal sebagai kelompok yang mendanai dalam pertarungan memperebutkan kursi kekuasaan dengan calon lain sudah terpenuhi. 

“Banyak kalangan politisi dari tahap pencalonan samapai pada tahap pemenangan, tidak sedikit disokong dengan anggaran besar dari sejumlah parpol dan pengusaha, kalau sudah begitu jelas setiap kebijakan yang dilakukan lebih mendahulukan kepentingan para pemodal, sebagai bentuk balas jasa atas dukungan finansial yang didapatkan." ungkapnya, Rabu (2/1/2013).
  
Ia menambahkan, jika situasi macam ini tetap berlansung secara terus menerus, maka akan sulit lagi yang diharapkan bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Kelompok-kelompok aktivis sosial kemasyarakatan, kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan NGO termasuk media sekarang ini sudah sangat sulit diharapkan, dan sudah banyak dibungkam penguasa. (bud)

Ayo Menulis