Ayomenulis. Beberapa hari lalu saat saya
berkunjung ke toko buku Gramedia Kota Mataram, saya bertemu dengan teman cewek
lama, dan sempat berbincang lama sambil melihat koleksi buku yang terpampang di
sejumlah rak toko buku Gramedia. Teman ini semenjak masih mahasiswa dulu, termasuk
tipikal manusia paling gemar membaca buku terutama novel, tidak mengherankan
mungkin karena terlalu banyak baca, sampai harus pakai kacamata.
Kegemaran membaca novel semasa
mahasiswa dulu, ternyata sampai saat ini masih ia lakoni. Saat bertemu di toko
buku Gramedia kemarin, deretan buku novel yang terpampang lansung diserbu. Padahal
saat ini teman ini sudah menjadi guru, dan seharusnya banyak mencari, membaca
dan mempelajari buku mata pelajaran ditekuni. Saya sebetulnya cukup kagum
dengan teman tersebut.
Ditengah kesibukan mengajar, aktivitas membaca buku
tidak pernah dilupakan.
Tapi giliran diberikan masukan
menceritakan kembali buku yang pernah dibaca dalam bentuk tulisan, teman
tersebut biasanya senyum cengengesan, dan berkata “nah itu dia tur saya malas
dan bingung mau menulis dari mana, padahal dikepalaku banyak sekali ide maupungagasan yang ingin saya tuliskan, dari hasil membaca buku.
Tapi setiap duduk
didepan laptop dan mulai menulis, tangan rasanya kaku, bingung sendiri hendak
mau menulis tentang apa”, cerita teman tersebut. Cerita teman tersebut, mungkin satu
dari sekian teman lain, mahasiswa dan siswa dalam keseharian gemar membaca
buku, tapi malas, bahkan tidak pernah mencoba menceritakan ulang hasil bacaan
dalam bentuk sebuah tulisan, dan dibiarkan lewat begitu saja.
Membaca gaya
macam ini biasanya bisa mengurangi kenikmatan membaca. Aktivitas membaca
terkadang terasa hambar dan membosankan. Padahal dalam setiap lembaran buku
dibaca selalu ada ide, gagasan,hal menarik, unik yang bisa dijadikan pelajaran
ataupun rujukan dikemudian hari dalam berbagai bentuk kegiatan, termasuk
aktivitas penulisan. Mengingat dalam setiap aktivitas kehidupan, terlebih
ketika berbenturan dengan pekerjaan, aktivitas menulis senantiasa tetapdibutuhkan.
Karena itu tidak ada lasan sebenarnya untuk tida menyukai aktivitas
menulis.
Dalam beberapa kali kesempatan
diundang berbagi pengalaman tentang menulis dengan teman-teman mahasiswa maupun
dengan teman siswa di sejumlah sekolah, ada beberapa pertanyaan yang kerap
terlontar dan sudah pasti dilontarkan teman mahasiswa maupun siswa, baik
melalui kegiatan pelatihan maupun diskusi.
Bagaimana memulai menulis, trik apa
saja perlu dilakukan supaya bisa menulis, menulis yang baik itu seperti apa dan
adapula yang mengaku merasa kesulitan bahkan tidak bisa menulis. Dilempari pertanyaan
seperti itu saya biasanya mengatakan menulis dan menulislah. Menuliskan hasil
bacaan, pengelihatan, pengamatan dan apa yang dirasakan.
Dengan sering latihan, kemampuan
menulis akan terbentuk dengan sendirinya.
Sebab kemampuan menulis pada dasarnyabukan masalah bakat bawaan, keturunan, seberapa sering mengikuti pelatihan dan
sehebat apapun menguasai dan memahami teori tentang tehnik dan tatacara
penulisan. Sebab bagi saya tidak ada teori baku dalam penulisan.
Termasuk sejumlah buku yang ditulis
oleh para penulis hebat dan fenomenal tentang tehnik, kiat, trik dan tatacara
menulis yang baik. Apa yang dikemukakan penulis tersebut dalam bentuk buku,
lebih berangkat dari pengalaman pribadi selama menjalani dan menekuni aktivitas
menulis, yang kemudian diabadikan dan didokumentasikan dalam bentuk buku
bacaan. karena itu menulislah
Posting Komentar