Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Razia Kosan Praktik Mesum Paling Sering Ditemukan


Hampir setiap razia kos kosan termasuk razia di sejumlah hotel melati di Cakranegara Kota Mataram, praktik mesum paling sering ditemui aparat kepolisian. Meski razia sudah dilakukan sampai berulang ulang, prilaku yang sama masih saja sering menjadi temuan di lapangan.

Berbagai pembinaan dan arahan terhadap mereka yang tertangkap basah melakukan hubungan badan diluar ikatan pernikahan sudah sering dilakukan, tapi sampai sekarang praktik yang sama masih saja terulang dan menjadi temua saat melakukan razia kosan maupun penginapan. Padahal razia dilakukan, selain bertujuan sebagai upaya menghilangkan penyakit sosial di tengah masyarakat 

Pemberantasan juga dilakukan secara tidak lansung untuk membantu menyelamatkan mereka yang melakukan hubungan badan diluar nikah bisa terhindar dari penyakit HIVDS sebagai penyakit yang sangat berbahaya bagi kesehatan melakukan hunbungan badan atau seks bebas selama ini kita ketahui sangat berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya kenapa praktik tersebut dilarang.

Tadi malam, Minggu (29/12) pukul 24.00 sampai dengan 02.00 dinihari, Kapolsek Cakranegara bersama  Kepala Lingkungan Gedur Kelurahan Abiantubuh Baru, Kecamatan Sandubaya Cakranegara Kota Mataram menangkap empat pasangan tidak sah melakukan hubungan badan dalam razia dilakukan kapolsek Cakranegara bersama kepala lingkungan di beberapa kosan Lingkungan Gedur.

Kapolsek Cakranegara Kompol Yunus Junaidi menegaskan, yang jelas keempat pasangan yang kena razia malam ini, KTP nya kita ambil dan besok pagi harus datang ke kantor polsek Cakranegara untuk diperiksa termasuk memberikan pengarahan dan pembinaan.

Sementara itu empat pasangan tidak sah yang tertangkap basah melakukan hubungan badan, nampak kelabakan ketika dimintai keterangan dan menjawab setipa pertanyaan yang diajukan aparat kepolisian dan aparat desa  yang turut serta melakukan razia, termasuk saat dimintai surat bukti pernikahan hanya bisa tertunduk lesu bertelanjang dada.

Menggunakan pakaian seadanya di soroti sejumlah wartawan yang turut serta dalam razia tersebut. Dua pasangan di antaranya merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta cukup ternama di NTB

Tanamkan Cinta Budaya, Museun Gelar BCB



http://turmuzitur.blogspot.com/
Dalam rangka menumbukan pendidikan dan rasa cinta akan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal terhadap masyarakat dan kalangan pelajar, Musium NTB akan menggelar parade kebudayaan, yang melibatkan pelajar dan kalalangan akademisi dari 8 Kabupaten di NTB, yakni Kabupaten Bima, Kota Bima, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Utar hal itu dikatakan, Kepala UPTD Museum NTB, Lalu Muh. Faozal dalam jumpa persnya di kantornya (10/12)

“Setiap kabupaten nantinya akan menunjuk perwakilan, untuk menampilkan tarian maupun kesenian lain yang dari daerah masing-masing dalam acara parade kebudayaan Bulan Cinta Budaya (BCB) yang akan diselenggarakan musium NTB. Selain dari 8 Kabupaten yang ada di NTB, even BCB juga akan dimeriahkan 2 kontingen tamu dari Jakarta Timur dan kontingen dari Riau” kata Faozal.

Faozal menambahkan, malam puncak BCB nantinya juga akan dirangkaikan dengan malam anugrah kebudayaan, berupa pemberian penghargaan terhadap mereka yang dipandang telah berkontribusi memelihara dan menjaga kelestarian kebudayaan NTB, Kolektor, sekolah, perguruan tinggi, biro perjalanan dan media masa yangtelah berkontribusi membantu mempromosikan kebudayaan NTB.

“pestipal BCB sengaja kita selenggarakan di musium NTB, sebagai salah satu upaya membangun pencitraan dan membangun kesadaran masyarakat, bahwa musium sejatinya tidak sebatas tempat menyimpan peninggalan kebudayaan semata, tetapi bisa dijadikan sebagai pusat edukasi, terutama bagi kalangan pelajar dari seluruh NTB. Acara ini akan dilangsungkan dari tanggal 13-15 Desember, dan akan dibuka lansung oleh Gubernur” terang Faozal diahir jumpa persnya. 

Hutan Kopi Kaya Inspirasi



http://turmuzitur.blogspot.com/
Selain dikenal akan keindahan wisata pantai, pegunungan, pertanian dan tiga Gili yang selama ini menjadi destinasi wisata andalan. KLU juga dikenal sebagai daerahpenghasil, coklat, cengkeh dan kopi cukup menjanjikan, dengan areal lahan perkebunan mencapai puluhan hingga ratusan hektar, disepanjang kaki gunung dan perbukitan Kecamatan Gangga.

Kamis 13 November 2013 saya berkesempatan bisa berkunjung dan menyaksikan secara lansung hamparan kebun kopi termasuk cengkeh dan coklat, Desa Rempek, Kecamatan Gangga KLU. Bersama teman yang kebetulan bekunjung ke sana mengambil gambar, untuk kebutuhan bahan penulisan buku tentang kopi, program unggulan Pemerintah Provinsi (pemprov) NTB.

Sepanjang kiri kanan jalan, melewati tanjakan dan jalan berliku memasuki Desa Paok Rempek, puluhan hingga ratusan pohon kopi di areal perkebunan milik masyarakat berjejer kehijauan mengikuti jalanan mendaki ke atas perbukitan, menuju perkebunan kopi salah seorang masyarakat Desa Paok Rempek, yang kebetulan akan menjadi salah satu narasumber tentang kopi sambung.

Jalanan menanjak yang tidak memungkinkan menggunakan kendaraan, mengharuskan kami berjalan kaki menaiki perbukitan menuju kebun kopi milik pak Made.  Dari atas perbukitan saya bisa menyaksikan lansung bagaiman hamparan kebun kopi disepanjang perbukitan dan kaki gunungDesa Paok Rempek KLU demikian luas, menyuguhkan pemandangan indah mempesona.

Seperti tempat wisata lain di KLU, hutan kopi Paok Rempek juga tidak kalah menarik
http://turmuzitur.blogspot.com/
dijadikan sebagai tujuan wisata menghabiskan masa libur. Terletak didaerah pinggiran dan pedalaman, dengan jalan mendaki, yang kiri kanan diapit tanaman cengkeh, coklat dan kopi, menjadikan tempat ini sedikit berbeda dan memiliki keunikan tersendiri dengan tempat wisata lain.

Disetiap areal perkebunan sepanjang perbukitan menuju puncak terdapat sejenis gubuk kecil dan tempat duduk dibuat dari bambu, sebagai tempat beristirahat melepas lelah, pemilik kebun kopi sehabis bekerja maupun bagi para pengunjung dari instansi pemerintahan masyarakat lokal dan luar NTB, baik yang hendak datang meneliti termasuk sekedar datang rekreasi menikmati pemandangan hutan kopi.

Hutan Kopi Paok Rempek juga sangat cocok dan cukup inspiratif dijadikan sebagai objek pengambilan gambar, terutama untuk teman-teman penggemar fotografer. Bagi anda yang belum ke tempat ini, dan sewaktu waktu berkeinginan berkunjung ke hutankopi Desa Paok Rempek. Untuk bisa mencapai tempat ini, bisa ditempuh menggunakan mobil maupun sepeda motor. Kalau dari Kota Mataram perjalanan menuju tempat ini bisa ditempuh dalam jangka waktu sekitar satu jam. Selamat berlibur dan menikmati hutan kopi yang kaya akan inspirasi  

Berwisata Alam Pertanian KLU

http://turmuzitur.blogspot.com/
Beberapa hari tidak menulis mengisi blog, rasanya ada yang kurang, ibarat sayur tanpa garam sebagaimana lagu yang sering didendangkan salah seorang penyanyi dangdut lawas. Padahal banyak sekali ide yang ingin segera saya tuliskan, tapi lagi-lagi suasana hati dan semangat menulis terkadang turun naik menjadikan saya uringan membiarkan laptop tergeletak tanpa mau saya sentuh untuk memulai menulis.

Baik kembali ke laptop. Teman-teman pengunjung dan pembaca setia blog ayomenulis, kalau pada postingan sebelumnya, blog ayomenulis mengulas wisata alam pegunungan dan tuaq manis pusuk Lestari, kali ini saya ingin mengajak teman sekalian berwisata alam pertanian Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang tidak kalah menarik dijadikan sebagai pilihan menghabiskan masa liburan bersama keluarga dan teman.

Kabupaten Lombok Utara merupakan satu dari sekian Kabupaten di NTB yang memiliki potensi wisata cukup menjanjikan, yang kalau dikelola secara baik dan mendapatkan perhatian serius pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat, bisa menjadi sumber berkah melimpah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain tiga Gili, yang selama ini dijadikan sebagai destinasi andalan. Karena banyak mendapat kunjungan dan menjadi tujuan utama para wisatawan menghabiskan masa liburan.

Potensi wisata tidak kalah menarik dimiliki Kabupaten yang baru beberapa tahun terbentuk, setelah memisahkan diri dari kabupaten induk, (Kabupaten Lombok Barat) adalah wisata pantai, dengan pasir putih, yang dikelilingi alam pegunungan dan pepohonan, termasuk di dalamnya wisata alam pertanian. Masih sangat alami, dan jauh dari kesan kehidupan perkotaan penuh dengan kebisingan.

Letak wilayah yang dikelilingi alam pegungan dan perbukitan, dengan hamparan lahan pertanian luas, menjadikan tempat ini demikian indah. Cocok juga dijadikan sebagai tempat liburan, mencari ketenangan, setelah sepekan disubukkan rutinitas yang menguras tenaga dan pikiran. Berwisata alam pertanian KLU rasanya akan lebih sempurna, manakala ditemani sebuah kamera, mengabadikan indahnya pemandangan alam pertanian.

Semanis Tuaq Pusuk Lestari

Senin kemarin cuaca siang cukup panas menyengat, membuat badan rasanya gerah dan lengket akibat keringat dingin bercucuran dari badan. Sehabis dari kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Utara (KLU), saya memutuskan tidak langsung pulang dan memilih mampir beristirahat di pusuk (puncak) gunung Lestari melepas lelah.

Menikmati indahnya pemandangan alam pegunungan dari atas perbukitan, ditemani sebotol tuaq manis dingin. Badan yang tadinya lelah dan berkeringat terkena sinar matahari seketika hilang. Wisata pegunungan pusuk Lestari bagi sebagian masyarakat pengguna jalan yang hendak ke KLU, maupun dari KLU ke Kota Mataram, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara yang hendak berlibur ke Gili Terawangan, Gili Air dan Nangu di KLU.

Selain dijadikan sebagai tempat beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh dan jalan menanjak dari bawah pegunungan. Tidak sedikit dari masyarakat termasuk wisatawan memang sengaja datang dan menjadikan pusuk gunung lestari sebagai tempat rekreasi. Pusuk Lestari merupakan Jalan pegunungan yang menghubungkan antara Kota Mataram dengan KLU.

Selain terkenal dengan suguhan alam pegunungan demikian indah dan eksotis, dengan deretan pepohonan hijau yang masih sangat alami. Pusuk Lestari juga menyuguhkan pemandangan binatang hutan berupa puluhan monyet yang bersliweran disepanjang jalan. Dari pusuk Lestari masyarakat dan wisatawan juga bisa menyaksikan secara lansung tiga Gili yang selama ini ramai dikunjungi dan dijadikan sebai tujuan utama berlibur wisatawan lokal maupun mancanegara.

Selain dikenal dengan pemadangan alam pegunungan masih hijau dan alami, pusuk Lestari juga dikenal sebagai penghasil tuaq manis. Bagi sebagian masyarakata Lombok, Tuaq manis sudah demikian melekat dan menjadi ciri khas dari pusuk lestari. Tidak heran setiap orang menyebut pusuk, tuaq manis sudah pasti akan terbayang dikepala.

Menemukan tuaq manis di pusuk tidak sulit. Hampir disepanjang jalan sampai mencapai puncak, deretan warung kecil berjejer menyediakan tuaq manis botolan aqua kecil dan besar. selain itu penjual juga menyediakan tuaq manis dingin. Cocok sekali dijadikan minuman pelepas lelah dan dahaga, terutama pada musim panas seperti sekarang, setelah menempuh perjalanan jauh.

Tidak heran pada waktu tertentu tuaq manis yang dijual penduduk sepanjang jalan pusuk diserbu pembeli. Rasanya yang manis dan segar, menjadikan tuaq manis pusuk Lestari tetap diburu pembeli, baik sekedar dijadikan minuman pelepas dahaga, maupun sebagai minuman oleh-oleh. Harganya pun murah meriah dan cukup bersahabat.

Sehingga orang yang berkantung tipis sekalipun bisa dengan mudah mendapatkan maupun menikmati manisnya tuaq manis pusuk Lestari. Satu botol aqua tuaq manis ukuran kecil bisa didapatkan cukup dengan uang Rp.3000. Sementara untuk tuaq manis berukuran botolan aqua besar, cukup membeli hanya dengan uang Rp. 5.000.

Bagi sebagian masyarakat Lombok menikmati manisnya tuaq manis pusuk lestari mungkin sudah tidak asing lagi.Tapi bagi anda dari luar Lombok NTB, kalau berlibur ke Lombok rasanya kurang sempurna, rugi dunia ahirat kalau tidak berkunjung ke pusuk gunung Lestari, he….he….jadi lebay.

Tapi baiknya memang menyempatkan waktu memanjakan diri anda berwisata alam pegunungan sambil menikmati manisnya tuaq manis pusuk Gunung Lestari kalau tidak ingin menyesal seumur hidup…he….he…

Menjadi Penonton dan Pembaca Sungguhan

Dalam berbagai kesempatan, bersama teman-teman komunitas Dunia Penggemar Film (Dugem) dan Komunitas Kopi Darat (Kopdar) di Mataram saya sering mengadakan kegiatan nonton bareng dan bedah film, atau dalam bahasa mahasiswa dan kaum akademisi, akrab juga dengan istilah kajian film. He…he… bahasanya jadi terlalu mahasiswa banget. tapi yang jelas membedahnya bukan pakai pisau lho, tapi pakai otak.

Film yang dibedah juga bukan sembarang film. Bisa film dokumenter tentang kisah para aktivis, penulis hingga film tentang kehidupan masyarakat kekinian, tentang korupsi dan kesejangan sosial ekonomi kehidupan masyarakat Kota metropolitan. Kegiatan nonton bareng juga tidak sebatas melibatkan aktivis dan mahasiswa. Sekali waktu juga melibatkan masyarakat umum.

Tergantung segmen dan jenis film hendak ditonton. Kalau filmnya ringan, dikemas dengan skenario sederhana, menghibur dan dekat dengan kehidupan masyarakat dan bisa diterima semua kalangan, dengan tetap mengedepankan nilai edukasi dan kritik sosial. Film macam ini biasa jadi incaran dan rebutan berbagai kalangan. Tapi kalau film diputar berat, paling menjadi konsumsi komunitas terbatas.

Film di tengah kehidupan masyarakat yang sudah demikian kompleks, modern, akrab dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di satu sisi memang telah terbukti menjadi salah satu konsumsi dan media alternatif bagi masyarakat sebagai hiburan maupun media membangun kesadaran bersama. Tapi dalam sisi berbeda film terkadang juga bisa menjadi bumerang bagi kehidupan.

Kalau masyarakat sebagai penonton tidak kritis dan pandai memilih film secara lebih slektif dijadikan sebagai tontonan. Sebab film dengan cerita dan skenario bernuansa edukasi sekalipun tidak bisa jadi jaminan penuh kalau pesan disampaikan melalui film ditayangkan sesuai dengan fakta lapangan dan murni untuk tujuan kemanusiaan.

Sebab pembuatan film dalam sisi tertentu hampir sama dengan penulisan buku, dilakukan peseorang maupun kelompok tertentu. Bisa juga merupakan hasil pesanan. Tidak bisa terlepas dari motif kepentingan subyektifitas, muatan kepentingan politis tertentu dan keinginan pemesan, termasuk sponsor. Lebih-lebih film yang secara terangan disuguhkan beberapa media televisi yang menjadikan film sebatas kebutuhan komersil.

Kebiasaan sebagian di antara kita bersama masyarakat lain sebagai penonton dan pembaca, paling sulit dihilangkan, mudah tergerus dengan alur, skenario, cerita buku dan film disaksikan. Cepat mengambil kesimpulan kalau tokoh, kebenaran dalam film maupun buku bacaan tersebut benaran adanya. Membuat sebagian penonton dan pembaca demikian fanatik dengan tokoh diagungkan.

Membangun persepsi kalau tokoh utama sebagai sosok yang selalu berada pada posisi yang harus dibela dan dibenarkan. Kalau ada tokoh lain yang berperan sebagai tokoh jahat, menghina atau mencoba mengganggu tokoh utam, akan dipandang sebagai sebuah kejahatan. Tipikal penonton macam tersebut jelas menghilangkan cara berfikir kritis.

Sebab tidak selamanya tokoh utama dalam sebuah buku maupun film selalu benar dan sesuai fakta karena merupakan hasil pikiran subyektifitas penulis buku maupun skenario flm. Karena itu, menjadi penonton film, pembaca buku tidak cukup sebatas kebutuhan hiburan, kesenangan maupun mecari informasi semata.

Menelan secara mentah, tanpa mencerna, mengkaji, membandingkan dan menganalisis secara lebih cermat. Mana tontonan dan bacaan berkualitas dengan tidak. Sebab buku termasuk film sejatinya mengajarkan kita untuk berfikir secara lebih obyektif, bukan subjektif.

Pembangunan dan Hilangnya Nilai Kemanusiaan


http://turmuzitur.blogspot.com/
Tanah pertiwi anugrah ilahi jangan kau ambil dan makan sendiri. Aku heran keserakahan diagungkan. Petikan senandung lagu ciptaan Iwan Fals tersebut, tempo hari, sempat menjadi lagu cukup tenar dinyanyikan kalangan muda dan mahasiswa sebagai lagu perjuangan melakukan aksi demonstrasi jalanan.

Mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak terhadap kepentingan masyarakat. Tumbuh suburnya praktik korupsi kolusi dan nepotisme. Pada ahirnya menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi masyarakat. Salah satu Kebijakan pemerintah yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan bagi masyarakat adalah pembangunan bidang infrastruktur.

Sarana prasarana pembangunan fisik dalam kaitannya dengan kepentingan pemerintah maupun swasta. Tidak saja menimbulkan kesengsaraan dari sisi ekonomi, sebagai masyarakat pinggiran. kebijakan pembangunan bidang infrastruktur juga kerap berahir pada aksis kekerasan terhadap masyarakat oleh pemerintah dan pengusaha, maupun dengan aparat hukum.

Pemicu utama aksis kekerasan, paling sering berlansung dilakukan aparat hukum dan pemerintahan sampai saat ini, masih terkait masalah sengketa lahan. Tercatat dalam beberapa tahun terahir, kasus kekerasan dan sengketa lahan antara pemerintah dengan masyarakat paling banyak mendominasi. Eksekusi dan penguasaan melalui jalan pemaksaan menjadi pemicu paling dominan terjadinya aksis kekerasan.

Tercatat dari sekian kasus sengketa lahan yang ada, hanya sebagian kecil mampu diselesaikan melalui proses mediasi dan negoisasi. Proses mediasi dan negoisasi terkadang juga jarang mencapai kesepakatan, termasuk putusan yang dikeluarkan pengadilan, tidak mampu memberika kepuasan dan rasa keadilan bagi masyarakat. Masyarakat tidak jarang berada diposisi termarginalkan.

Setiap keputusan, kebijakan dikeluarkan, cendrung lebih banyak ditunggangi muatan kepentingan politik dan kekuasaan, daripada kepentingan masyarakat. Atas nama kemajuna, kemakmuran dan peradaban kebijakan pembangunan diberlakukan pemerintah teramat sering dilakukan tanpa pertimbangan dan pengendalian, meski harus mengorbankan permukiman dan lahan sumber penghidupan masyarakat tanpa mengenal belas kasihan.

Ketika aparat hukum sebagai lembaga tempat mendapatkan keadilan sudah tidak bisa diharapkan. Pemerintah sebagai pembuat dan pemegang kebijakan tidak lagi berpihak pada kepentingan masyarakat dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi, partai dan pemilik uang (pengusaha). Pada kondisi ini, masyarakat mulai merasa frustasi, mengambil tindakan sediri, melakukan perlawanan terhadap kesewenangan aparat hukum maupun pemerintahan.

Keadilan hanya ada dilangit, kata Sok Hok Gie dalam buku catatan pemberontakan seorang aktivis. Kasus sengketa lahan tidak saja mengorbankan harta, permukiman dan lahan sebagai sumber penghidupan masyarakat. Disisi lain sengketa lahan memunculkan aksi kekerasan hingga pembunuhan.

Berapa banyak nyawa harus melayang dan dikorbankan demi sebuah ambisi dan kekuasaan. Berlansung secara merata di setiap daerah. Mengulas kembali hasil training strategi pembelaan HAM dan keadilan sosial, bersama sejumlah teman aktivis LSM, NGO dan komunitas lain dari berbagai daerah di Bali beberapa hari lalu. Melalui pemaparan dan hasil peresentasi dilakukan teman-teman.

Ada banyak fakta baru terungkap, kasus kekerasan sengketa lahan yang melibatkna perusahaan, aparat hukum dan pemerintahan. Ronal aktivis dan pegiat HAM Parakletos dari Ambon mengungkapkan bagaimana tidakan kekerasan dan pelanggaran HAM dilakukan pemerintah setempat terkait kasus sengketa lahan dinilai sudah tidak berperi kemanusiaan.

Masyarakat yang semestinya diayomi dan diberikan perlindungan dari rasa takut dan tindakan kesewenangan, justru dijadikan musuh dan penghalang mendapatkan ambisi kekuasaan, Reza dari aceh, Lina (Poso), Chamim aktivis Kontras Surabaya, Intan bersama beberapa teman aktivis Bali sedang gencar mengkampanyekan penolakan terhadap rencana Pemprov Bali melakukan Reklamasi.

NTB termasuk salah satu daerah yang paling sering berlansungnya aksi kekerasan sengketa lahan. Sebut saja pembangunan Bandara Internasional Lombok (BIL), sebelum beroprasi sempat bergejolak sengketa dan pertikaian antara antara masyarakat dengan pemerintah, termasuk PT Angkasa Pura terkait pembayaran lahan pertanian masyarakat Desa Tanak Awu, lokasi pembangunan BIL belum dilunasi.

Kasus Gili Terawangan Kabupaten Lombok Utara, Tereng Wilis Lombok Timur, kepemilikan sebagian lahan di Bandar Udara Bima dan sejumlah kasus sengketa lahan lain. Sekian kasus tersebut, baru sebagian kecil mampu ditangani melalui proses mediasi dan negoisasi. Selebihnya lebih sering berahir aksi kekerasan dan perampasan.

Pembangunan dalam suatu pemerintahan Negara memang penting dan sangat dibutuhkan, sebagai salah satu bagian menopang kemajuan kehidupan masyarakat, tentu dengan suatu catatan, pembangunan dilakukan memang murni diperuntukan menciptakan kesejahteraan dan tidak harus mengorbankan kepentingan masyarakat, apalagi sampai mengunakan cara-cara kekerasan. Sebab pembangunan sejatinya memang dihajatkan menciptakan kemaslahatan.

Ibadan yang Belum Menggugah

http://turmuzitur.blogspot.com/
Hari Jum’at tanggal 01 november kemarin, sepulang dari Denpasar Bali mengikuti training Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Keadilan Sosial. Sore harinya sehabis beristirahat, saya memilih lansung balik ke Mataram, sebab masih ada pekerjaan hendak diselesaikan. Meski cuaca mendung saya nekada melaju sepeda motor melewati jalang lingkar selatan menuju Mataram.

Baru saja saya sampai jalan jalur Bandara Internasional Lombok (BIL), perbatasan antara Lombok Barat dan Lombok Tengah, cuaca tadinya mendung tiba-tiba berubah menjadi hujan lebat, mengguyur dengan derasnya. Supaya tidak kehujanan terpaksa saya berhenti berteduh di salah satu masjid pingiran jalan. Sementari hari sudah semakin sore dan shalat magrib hampir tiba. Saya pun bergabung menunaikan shalat berjamaah bersama tiga jamaah laki dan seorang ibu.

Shalat magirib berlalu hinga menjelang shalat isa tiba, hujan masih juga belum berhenti. Baru sehabis shalat isa hujan berhenti. Saya lansung bergegas menuju tempat sepeda motorku parkir. Tapi sesampai di sana, alangkan kecewanya saya, mendapati helem di atas sepeda motor sudah tidak ada. Niat hati sedikit tenang berangkat melanjutkan perjalanan, setelah menunaikan ibada seketika berubah dengan kekecewaan, gerutuan dan sumpah serapah.

Helem yang hilang nilainya mungkin tidak seberapa, tapi yang tidak saya habis pikir, tempat ibadah, yang seharusnya dijadikan sebagai tempat berdoa memintah berkah, justru ternodai prilaku beberapa gelintir manusia serakah. Sebuah pemandangan yang sangat memperihatinkan dan kontraproduktif, kalau dibandingkan dengan gegap gempita, semangat dan antusiasme sebagian masyarakat demikian tinggi.

Berlomba dan beramai-ramai secara bergotong royong mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan mengeluarkan biaya tidak sedikit (besar) untuk membangun masjid. Antusiasme sebagian masyarakat tersebut telah melahirkan banyak masjid. Di NTB dan Lombok khususnya, menemukan masjid di Lombok tida sulit. Hampir setiap dusun masjid bisa ditemukan.

Tidak berlebihan kalau Lombok akrab disebut sebagai pulau seribu masjid. Di tambah lagi pembangunan mega proyek islamic center (IC) diperkirakan pembangunan akan menelan anggaran hingga puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Satu masjid dengan arsitektur mewah dan luas bangunan, biaya dihabiskan dari hasil iuran dan sumbangan nilainya bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Sebuan nilai cukup fantastis yang kalau himpunan dana bernilai ratusan hingga miliaran tersebut, ditambah semangat dan antusiasme warga menyumbang, mengeluarkan iuran, dimanfaatkan melakukan pemberdayaan masyarakat miskin termasuk anak jalanan. Manfaatnya tentu akan lebih dirasakan.

Untuk apa membangun sarana ibadah masjid, greja, pura dan vihara yang banyak, mewah besar menghabiskan dana ratusan hingga miliaran rupiah, sementara sebagian besar masyarakat masih berkubang dalam kemiskinan, bagaimana masyarakat mau diajak beriman sementara mereka masih kelaparan dan tidak mampu menikmati manisnya kue pembangunan.

Bagaimana masyarakat bisa menaati norma nilai dan aturan, kalau ketimpangan, perlakuan diskriminasi, tindak kekerasan, ketimpangan dan ketidak adilan seringkali mengemuka dan dipertontokan para aparat hukum, pemerintahan pemegang kebijakan. Untuk apa membangun sarana ibah banyak dan mewah, kalau dimanfaatkan beberapa gelintir orang.

He,,,he,,,,Jadi terlalu LSM dan HAM banget versi teman-teman peserta training Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Keadilan Sosial AJAR di Bali beberapa hari lalu. Ok kembali ke laptop kata tukul dalam acara empat mata. Semoga saja semangat beribadah kita tidak bertumpu pada plaksanaan sisi ritul semata, namun mampu menangkap makna substansialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Kenangan Tidak Terlupakan

http://turmuzitur.blogspot.com/
Ayomenulis. Satu hari sudah, training manual youth and human rights defenders, The Asia Foundation (TAF), dengan Asia Justice And Rights (AJAR) www. asia-ajar.org di Canggu, Vila Kampung Damai Bali telah berlalu. Melibatkan peserta dari berbagai daerah, dengan latar belakang berbeda. Mulai dari suku, agama, ras, dan kebudayaan. Termasuk komunitas, kelompok dan lembaga yang berbeda pula. Sebuah acara yang tidak saja mampu mengetengahkan pengetahuan baru dan mencerahkan bagi semua peserta.

Lebih dari itu acara training yang melibatkan peserta dari latar belakang beragam tersebut sekaligus ingin menegaskan kalau kita termasuk semua peserta adalah sama dan bersaudara. Tidak ada perbedaan, tidak ada kelompok minoritas dam mayoritas. Perbedaan karena faktor kesukuan, agama, ras dan kebudayaan harus dipandang sebagai sesuatu anugrah tuhan yang mesti tetap dipelihara dan dilestarikan.

Bukan dipandang sebagai ancaman, apalagi sampai dijadikan alat dan dalih melakukan aksi kekerasan. Sebab selain termasuk tidakan yang tidak dibenarkan secara hukum. Prilaku arogab, tidak toleran hanya akan menimbulkan permusuhan dan perpecahan yang bisa mengancam persatuan, termasuk persaudaraan antar sesama.

Pepatah bijak mengatakan, “setipa pertemuan sudah pasti ada perpisahan”. Demikian dengan acara training kemarin, meski berlansung selama empat hari, ada banyak kisah, suka duka dan kenangan tidak terlupakan. Rasa kebersamaan yang terbingkai dalam ikatan persaudaraan, akan lebih membekas, terkenang dalam ingatan dari sekedar kesenangan kebiasaan, mengikuti pelatihan sambil menikmati jalan-jalan.

Fitri misalkan aktivis jender asan Ambon, bertubuh kurus dengan retotikanya yang demikian berapi-api, ala mahasiswa Trisakti saat menurunkan rezim Suharto dan menggelegar bak suara bom Bali satu yang dilakukan teroris Amrozi. Pi’ok gadis tomoboy asal Bali berjenis kelamin perempuan, bertingkah seperti laki-laki paling heboh dan wooow sepulau Dewata. Rahma, Uci, Ayas gadis Jakarta yang sok paling kren habisan, muka pas-pasan, mata melihat mata, paling bawel mengalahkan ibu-ibu baru pulang beli terasi.

Naela, Gadis Jakarte dengan rok Cinderelanya ala aisyah, paling heboh bak tsunami Niyas Nanggro Aceh Darussalam. Reza, Ronal belagak paling cakep dengan tampang pas-pasannya, Ada juga Hamim dari Kontras, Hafiz dari Aman, Karebet dan beberapa temen lain Mbak Intan yang Jaim dan LSM banget dan terahir, turmuzi dengan HAM dan Wow ghitu,,,,he,,,,he,,,,

Dari Fasilitator, mbak Atikah, terimakasih atas pencerahan diberikan selama training tentang strategi pembelaan HAM, terutama 10 taktik, seni dan film dalam upaya mendampingi dan membangun kesadaran masyarakat korban tindak kekerasan. Terimakasih juga dengan strategi diskusi diberlakukan selama kegiatan training berlansung, selain menghibur, juga cukup partisipatif melibatkan semua peserta untuk proaktif selama training berlansung.

Mudahan semua taktik dan model diskusi yang saya dapatkan selama 4 hari dari mbak Atikah di Canggu, Vila Kampung Damai Bali bisa berdampak positif bagi saya dan teman di kelompok, lembaga dan komunitas di Daerah masing-masing. Mbak Jun, mas Petra dan Bude, terimakasih atas bantuan mendampingi dan masakannya selama training berlansung. Semoga Villanya tambah banyak pengunjung.

Bang Abuh Aziz, persentasi tentang strategi penyampaian informasi dan membangun kesadaran masyarakat melalui film dan diskusinya yang inspiratif, benar-benar telah membuka pikiran saya. Kalau menyampaikan informasi bermanfaat dalam upaya membangun kesadaran masyarakat, tidak melulu dengan cara berat dan kaku. Film dengan gaya naratif, kreatif dan menghibur ternyata bisa lebih efektif dan mudah diterima semua kalangan masyarakat mengenai pesan hendak disampaikan

Difabel Juga Butu Diperhatikan

www.turmuzitur.blogspot.com
Bergumul dengan barang elektronik, badan belepotan karena terkena kotoran barang elektronik yang diperbaiki, merupakan rutinitas yang hampir setiap dilakoni Edi setiap hari. Laki-laki (31) tahun dari lima bersaudara Lingkungan Tengari, Kota Praya Lombok (Loteng) Tengah NTB ini, merupakan satu dari sekian puluh penyandang status difabel di Loteng, meski hidup dalam serba keterbatasan secara fisik pada kaki, tapi masih mampu bertahan hidup, tanpa harus berdiam diri meminta belas kasihan orang lain.

Bermodalkan keterampilan memperbaiki barang elektronik, yang didapatkan sewaktu mengikuti kursus keterampilan yang diadakan Dinas Sosial bagi masyarakat penyandang difabel 2005 lalu. Dari hasil memperbaiki barang elektronik milik warga sekitar, maupun warga luar Lingkungan Tengari, Edi kini bisa menikmati kehidupan lebih baik dari sebelumnya bersama satu anak dan istrinya yang juga penyandang difabel.

Kisah sukses penyandang difabel juga bisa ditemukan pada sosok penulis buku besseler, Golagong. Keterbatasan dimiliki justru dijadikan Golagong sebagai pemicu semangat menjadi yang terbaik. Terbuti Golagong mampu mensejajarkan diri dengan penulis buku hebat dan terkenal lain dipentas nasional, dengan salah satu bukunya yang terkenal “Balada Cinta Si Roi”.

Ada juga sosok albert enstein, semasa kecil selalu mendapat ejekan sebagai anak bodoh dari teman termasuk gurunya disekolah. Karena mengalami keterbelakangan dalam memahami segala sesuatu yang diajarkan di sekolah. Tapi dengan semangat dan tekad kuad untuk belajar, alrbet einstin, mampu membalikkan stigma buruk tersebut melalui kehebatannya melakukan penelitian dan penemuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Cerita sukses Hardi, dengan jasa perbaikan barang elektronik Golagong dengan buku-bukunya, Albert Einstein dengan penemuan energi bom atomnya, membuktikan bahwa status sebagai penyandang difabel, bukan jadi halangan untuk berprestasi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kekurangan dan keterbatasan dijadikan sebagai pemicu untuk terus semangat melakukan hal lain yang lebih baik.

Belajar dari beberapa kisah sukses penyandang difabel di atas, rasanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membantu teman-teman penyandang difabel lain, yang mungkin saja saat masih berada dalam kondisi memperihatinkan, karena didiskriminasikan lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Menggandeng, aktivis, LSM, NGO serta kelompok masyarakat yang mau dan peduli terhadap penyandang difabel, untuk sama-sama mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan penyandang difabel, melalui pembinaan pendidikan dan keterampilan. Mengkampanyekan kepada masyarakat untuk tidak lagi memandang sebelah mata, dan tidak berlaku diskriminatif terhadab penyandang difabel, bahwa mereka juga sama seperti kita dan berhak mendapatkan perlakuan sama, tanpa harus membedakan.

Ayo Menulis