Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Memulai Pembangunan Dari Pedesaan


http://turmuzitur.blogspot.com/
Desa Bangket Molo, satu dari sekian puluh desa terpencil dan berada di daerah pinggiran Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Provinsi NTB, yang hampir sebagian besar masyarakatnya sehari-hari berprofesi sebagai petani. Hampir paruh waktu dari pagi hingga menjelang petang, mereka habiskan hanya untuk bekerja membanting tulang menggarap sawah. 

Karakterpekerja keras sebagian besar masyarakat tersebut, telah menjadikan mereka tampil sebagai pribadi disiplin, ulat dan tidak mudah menyerah. Terbukti dari hasil buah kerja keras tersebut, tidak sedikit di antara masyarkat petani Bangket Molo mampu menikmati kehidupan lebih baik dari hasil pertanian yang dikerjakan.

Tempo hari semangat dan mental kerja keras tersebut belum sepenuhnya mampu diimbangi dengan perhatian dan kualitas kesehatan memadai baik dari pemerintah melalui program penyuluhan kesehatan, maupun berdasarkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga pola hidup sehat. 

Perhatian kurang, ditambah tingkat kesadaran dan pemahaman yang masih minim tentang arti penting memelihara pola hidup sehat, telah menjadikan sebagian masyarakat pedesaan demikian acuh dan kurang terlalu memperdulikan kondisi kesehatan. Mereka hanya berfikir bagaimana bekerja dan terus bekerja. 

Perawatan kesehatan cendrung dilakukan seadanya, termasuk ketika mengidap penyakit, masyarakat lebih memilih berobat dan melakukan konsultasi kesehatan dengan  tabib maupun dukun kampung, dari pada berobat dan melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter puskesmas maupun rumah sakit.

Tradisipengobatan tradisional menggunakan jasa dukun, terutama untuk jenis penyakit yang dianggap timbul akibat santet maupun sihir yang dilakukan seseorang, terbukti masih tetap laku digunakan dan lebih dipercaya mampu menyembuhkan penyakit, daripada jasa pengobatan dokter puskesmas dan rumah sakit

Lebih memperihatinkan banyak di antara ibu hamil harus menderita kesakitan, selama proses persalinan berlansung. Karena proses persalinan hanya ditangani dukun beranak, yang secara
pengetahuan dan pemahanan mengenai tindakan pertolongan pada ibu hamil termasuk melahirkan masih sangat minim. Walhasil tidak sedikit di antara ibu hamil, tanpa terkecuali anak dalam proses persalinan harus meregang nyawa.

Kini setelah pemerintah membuat berbagai gebrakan dan terobosan baru bidang kesehatan, cerita dan ketakutan tentang ibu hamil yang mati melahirkan pelan-pelan sudah tidak lagi ditemukan, dengan tersedianya tenaga bidan desa, masyarakat yang dulu ketika mengidap penyakit banyak berobat ke dukun, sekarang lebih familier dan banyak melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter puskesmas dan rumah sakit.

Pemerintah pusat termasuk pemerintah daerah semenjak beberapa tahun terahir gencar menggelontorkan berbagai terobosan dan program kebijakan baru dibidang kesehatan, sebagai salah satu upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat pinggiran dan pedesaan. Meminimalisir tingkat angka kematian bayi (AKB) dan ibu hamil.

Melalui pemberian subsidi kesehatan bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara geratis di puskesmas dan rumah sakit, dengan membagikan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) atau populer disebut masyarakat dengan istilah kartu tanda miskin (KTM) dan Jamkesda.

Termasuk program perdesaan sehat dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertingga (KPDT) bekerjasama Kementrian Kesehatan guna memperbaiki dan mengentaskan masalah kesehatan masyarakat pedesaan, dengan mengirim dokter, bidan dan disebar ke seluruh pedesaan. Termasuk dengan memberdayakan semua kader posyandu yang tersebar di seluruh desa.

 Dokter dan bidan yang dikirim KPDT ke setiap daerah pedesaan tersebut, nantinya diharapkan, selain sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat pedesaan tertinggal, juga diharapkan bisa lebih kreatif dalam mendorong dan membangun kesadaran masyarakat di bidang kesehatan, secara individu maupun kelompok dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada.

Disisi lain pemerintah sebagai pemegang kebijakan, diharapkan tidak sekedar membuat kebijakan maupun  aturan di atas kertas semata, termasuk dalam hal pencanangan program. Harus dikawal dan melakukan pengawasan lebih serus, memastikan program terealisasi sesuai yang diharapkan. Tanpa terkecuali programa perdesaan sehat dari KPDT yang sedang berlansung saat ini 

Pengawasan Butuh Keseriusan
Bidang kesehatan saat ini menjadi salah satu fokus perhatian KPDT, terutama bagi masyarakat desan. Mengingat masalah kesehatan pada masyarakat pedesaan selama ini masih cukup memperihatinkan dan seringkali menuai banyak persoalan. Sebut saja program kesehatan gratis melalui kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesma), atau dalam istilah masyarakat kurang mampu, populer disebut “kartu tanda miskin”

Sebagian besar masyaratan pengguna Jamkesmas mengaku sering diperlakukan diskriminatif dalam hal pelayanan, dari petugas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit Daerah, praktik pungutan liar (Pungli) berkedok pembayaran administrasi, sampai mendapatkan penolakan, dengan alasan tidak masuk akal dan rasional.

Menangani persoalan kesehatan demikian akut di tengah masyarakat, pemerintah, dalam hal ini memang tidak hanya mengandalkan program-program dicanangkan yang sudah ada, baik melalui Kementerian kesehatan, maupun melalui kementerian lain, termasuk program perdesaan sehat yang digelontorkan KPDT saat ini. 

Keberhasilan dan capaian program juga tidak bisa diukur dari besaran anggara digelontorkan, kebijakan, seperangkat aaturan maupun seberapa banyak jumlah perawat, dokter, dan bidan yang diterjunkan. Pengawasan secara berkelanjutan terhadap realisasi dan capaian program, dengan melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat tentu akan lebih memberikan hasil maksimal. 

Tenaga kesehatan, dokter dan bidan yang ditempatkan ke pelosok pedesaan juga, harus dari mereka yang benar-benar serius. Memiliki komitmen besar, siap sedia bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan kesadaran pribadi, tuntutan hati nurani untuk mengabdi, bukan karena kebutuhan profesi mencari pekerjaan semata. 

Sebab menangani kesehatan masyarakat pedesaan, tentu berbeda dengan menangani masyarakat perkotaan. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di pedesaan berdasarkan motivasi mencari pekerjaan, jelas tidak akan mampu memberikan hasil maksimal sebagaimana diharapkan, mewujudkan perdesaan sehat.

Dokter dan bidan semestinya juga tidak saja berbicara soal bagaimana melakukan pengobatan semata. Lebih dari itu, seorang dokter tenaga kesehatan maupun bidan memiliki tanggung jawab sosial dan moral besar. Membina dan menumbuhkan kesadaran masyarakat pedesaan, baik saat bertugas secara kedinasan dipuskesmas dan posyandu maupun diluar jam kerja, dengan turun lansung, berkunjung kesetiap dusun atau permukiman warga.

Melakukan pengamatan dan kegiatan penyuluhan, menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga pola hidup sehat. Dokter dan bidan juga berfunsi sebagai pisikolog, mendekati dan menyadarkan masyarakat melalui pendekatan emosional dengan masyarakat setempat, termasuk dengan menggandeng tokoh pemuda, agama dan masyarakat, termasuk kader posyandu desa setempat.

Peningkatan dan perbaikan kualitas kesehatan memadai dan memuaskan, dengan melibatkan, partisipasi, peran serta segenap unsur, dan lapisan masyarakat, pemanfaatan berbagai potensi yang terdapat didesa, merupakan modal sosial besar yang meski dimanfaatkan pemerintah, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pedesaan di bidang kesehatan, termasuk melalui program perdesaan sehat KPDT

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis