Desa Bangket Molo, satu dari sekian puluh desa terpencil dan berada di daerah
pinggiran Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Provinsi NTB,
yang hampir sebagian besar masyarakatnya sehari-hari berprofesi sebagai petani.
Hampir paruh waktu dari pagi hingga menjelang petang, mereka habiskan hanya
untuk bekerja membanting tulang menggarap sawah.
Karakterpekerja keras sebagian besar masyarakat tersebut, telah menjadikan mereka
tampil sebagai pribadi disiplin, ulat dan tidak mudah menyerah. Terbukti dari
hasil buah kerja keras tersebut, tidak sedikit di antara masyarkat petani Bangket Molo mampu menikmati kehidupan lebih baik dari hasil pertanian yang dikerjakan.
Tempo
hari semangat dan mental kerja keras tersebut belum sepenuhnya mampu diimbangi
dengan perhatian dan kualitas kesehatan memadai baik dari pemerintah melalui
program penyuluhan kesehatan, maupun berdasarkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
menjaga pola hidup sehat.
Perhatian
kurang, ditambah tingkat kesadaran dan pemahaman yang masih minim tentang arti
penting memelihara pola hidup sehat, telah menjadikan sebagian masyarakat
pedesaan demikian acuh dan kurang terlalu memperdulikan kondisi kesehatan.
Mereka hanya berfikir bagaimana bekerja dan terus bekerja.
Perawatan
kesehatan cendrung dilakukan seadanya, termasuk ketika mengidap penyakit,
masyarakat lebih memilih berobat dan melakukan konsultasi kesehatan dengan tabib maupun dukun kampung, dari pada berobat
dan melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter puskesmas maupun rumah sakit.
Tradisipengobatan tradisional menggunakan jasa dukun, terutama untuk jenis penyakit
yang dianggap timbul akibat santet maupun sihir yang dilakukan seseorang,
terbukti masih tetap laku digunakan dan lebih dipercaya mampu menyembuhkan
penyakit, daripada jasa pengobatan dokter puskesmas dan rumah sakit
Lebih
memperihatinkan banyak di antara ibu hamil harus menderita kesakitan, selama
proses persalinan berlansung. Karena proses persalinan hanya ditangani dukun
beranak, yang secara
Kini
setelah pemerintah membuat berbagai gebrakan dan terobosan baru bidang
kesehatan, cerita dan ketakutan tentang ibu hamil yang mati melahirkan pelan-pelan
sudah tidak lagi ditemukan, dengan tersedianya tenaga bidan desa, masyarakat yang
dulu ketika mengidap penyakit banyak berobat ke dukun, sekarang lebih familier dan banyak melakukan konsultasi
kesehatan dengan dokter puskesmas dan rumah sakit.
Pemerintah
pusat termasuk pemerintah daerah semenjak beberapa tahun terahir gencar
menggelontorkan berbagai terobosan dan program kebijakan baru dibidang
kesehatan, sebagai salah satu upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat,
khususnya masyarakat pinggiran dan pedesaan. Meminimalisir tingkat angka kematian
bayi (AKB) dan ibu hamil.
Melalui
pemberian subsidi kesehatan bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan secara geratis di puskesmas dan rumah sakit, dengan
membagikan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) atau populer disebut
masyarakat dengan istilah kartu tanda miskin (KTM) dan Jamkesda.
Termasuk
program perdesaan sehat dari Kementrian
Pembangunan Daerah Tertingga (KPDT) bekerjasama Kementrian Kesehatan guna
memperbaiki dan mengentaskan masalah kesehatan masyarakat pedesaan, dengan
mengirim dokter, bidan dan disebar ke seluruh pedesaan. Termasuk dengan
memberdayakan semua kader posyandu yang tersebar di seluruh desa.
Dokter
dan bidan yang dikirim KPDT ke setiap daerah pedesaan tersebut, nantinya
diharapkan, selain sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam upaya
memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat pedesaan tertinggal, juga diharapkan
bisa lebih kreatif dalam mendorong dan membangun kesadaran masyarakat di bidang
kesehatan, secara individu maupun kelompok dengan memanfaatkan berbagai potensi
yang ada.
Disisi
lain pemerintah sebagai pemegang kebijakan, diharapkan tidak sekedar membuat
kebijakan maupun aturan di atas kertas
semata, termasuk dalam hal pencanangan program. Harus dikawal dan melakukan
pengawasan lebih serus, memastikan program terealisasi sesuai yang diharapkan.
Tanpa terkecuali programa perdesaan sehat
dari KPDT yang sedang berlansung saat ini
Pengawasan Butuh
Keseriusan
Bidang
kesehatan saat ini menjadi salah satu fokus perhatian KPDT, terutama bagi
masyarakat desan. Mengingat masalah kesehatan pada masyarakat pedesaan selama
ini masih cukup memperihatinkan dan seringkali menuai banyak persoalan. Sebut
saja program kesehatan gratis melalui kartu jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesma), atau dalam istilah masyarakat kurang mampu, populer disebut “kartu
tanda miskin”
Sebagian
besar masyaratan pengguna Jamkesmas mengaku sering diperlakukan diskriminatif
dalam hal pelayanan, dari petugas kesehatan Puskesmas dan rumah sakit Daerah, praktik
pungutan liar (Pungli) berkedok pembayaran administrasi, sampai mendapatkan
penolakan, dengan alasan tidak masuk akal dan rasional.
Menangani
persoalan kesehatan demikian akut di tengah masyarakat, pemerintah, dalam hal
ini memang tidak hanya mengandalkan program-program dicanangkan yang sudah ada,
baik melalui Kementerian kesehatan, maupun melalui kementerian lain, termasuk
program perdesaan sehat yang
digelontorkan KPDT saat ini.
Keberhasilan
dan capaian program juga tidak bisa diukur dari besaran anggara digelontorkan, kebijakan,
seperangkat aaturan maupun seberapa banyak jumlah perawat, dokter, dan bidan
yang diterjunkan. Pengawasan secara berkelanjutan terhadap realisasi dan
capaian program, dengan melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat tentu
akan lebih memberikan hasil maksimal.
Tenaga
kesehatan, dokter dan bidan yang ditempatkan ke pelosok pedesaan juga, harus
dari mereka yang benar-benar serius. Memiliki komitmen besar, siap sedia
bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan kesadaran pribadi,
tuntutan hati nurani untuk mengabdi, bukan karena kebutuhan profesi mencari pekerjaan
semata.
Sebab
menangani kesehatan masyarakat pedesaan, tentu berbeda dengan menangani
masyarakat perkotaan. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di pedesaan berdasarkan
motivasi mencari pekerjaan, jelas tidak akan mampu memberikan hasil maksimal
sebagaimana diharapkan, mewujudkan perdesaan
sehat.
Dokter
dan bidan semestinya juga tidak saja berbicara soal bagaimana melakukan
pengobatan semata. Lebih dari itu, seorang dokter tenaga kesehatan maupun bidan
memiliki tanggung jawab sosial dan moral besar. Membina dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat pedesaan, baik saat bertugas secara kedinasan dipuskesmas
dan posyandu maupun diluar jam kerja, dengan turun lansung, berkunjung kesetiap
dusun atau permukiman warga.
Melakukan
pengamatan dan kegiatan penyuluhan, menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga
pola hidup sehat. Dokter dan bidan juga berfunsi sebagai pisikolog, mendekati
dan menyadarkan masyarakat melalui pendekatan emosional dengan masyarakat
setempat, termasuk dengan menggandeng tokoh pemuda, agama dan masyarakat,
termasuk kader posyandu desa setempat.
Peningkatan
dan perbaikan kualitas kesehatan memadai dan memuaskan, dengan melibatkan,
partisipasi, peran serta segenap unsur, dan lapisan masyarakat, pemanfaatan
berbagai potensi yang terdapat didesa, merupakan modal sosial besar yang meski
dimanfaatkan pemerintah, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan di bidang kesehatan, termasuk melalui program perdesaan sehat KPDT
Posting Komentar