Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Pengoleksi Kata-Kata

Tidak tau dalam beberapa bulan terahir, saya gemar sekali mengoleksi kata-kata yang sering diucapkan teman, mendokumentasikannya kemudia mempopulerkannya menjadi bahan candaan, olokan dan ejekan, disekitar lingkaran kawan terdekat, entah pada saat ngumpul bareng maupun melalui SMS. Apalagi kalau sudah melihat mahasiswa dalam berbagai kesempatan di forum diskusi maupun pelatihan, demikian berapi-api.

http://www.turmuzitur.blogspot.com/
Hem, maklumlah namanya juga mahasiswa, bukan mahasiswa namanya kalau tidak ngomong berapi, penuh teori dan sedikit mutar-mutar. Mereka mau pergi ke pasar Ampenan, tetapi mutar lewat pasar bertais......he.....he.....he......dasar mahasiswa memang pandai berteori, tetapi miskin implementasi...eit pi gini-gini saya juga pernah menjadi bagian dari mahasiswa lho

Kebisaan saya mengoleksi kata-kata saya dimulai sewaktu mengikuti kongres kebudayaan pemuda Indonesia di Jakarta, yang berahir kacau dan memalukan, terjadi perseteruan antara panita dan peserta soal transparansi anggaran kongres. Saat itu hadir penulis buku “negara paripurna” Yudi Latif yang akan menutup acara kongres.

Saat Yudi Latif berniat hendak berniat menenangkan peserta kongres dan mulai berbicara, seorang peserta yang kebetulan juga mahasiswa dari salah satu daerah melompat dengan sigap kedepan, bak pendekar sakti mandraguna hendak melempar ajian rawa rontek, lantas berkata kepada Yudi Latif “pokoknya kami tidak mau acara ini dilanjutkan, bapak ini terlalu berapoloji

Semenjak saat itu, kata berapoloji sering saya pakai untuk mengolok teman di daerahku yang kerap ngomong terlalu lebay. Ini juga terjadi sewaktu mengikuti pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) yang diselenggarakan LPM RO’YUNA di Lombok Timur beberapa waktu lalu.

Ada seorang kawan namanya Sulaedi, orang paling suka berteori dan bikin turmuzi sakit hati lok ngomong, tetapi begitulah, bukan Sulaedi namanya lok dk berapoloji, saat di mintai komentarnya tentang hasil liputan anggota baru RO’YUNA, Sulaedi berkata “kalau saya tidak mau menghakimi, saya cuman khawatir, jangan sampai kita terjebakpada persolan yang sama.

Mendengar kata-kata itu lantas pikiran usil saya tergerak untuk mempopulerkan kata tersebut sebagai bahan ejekan bagi kawan Sulaedi. Benar saja ketika kata2 sulaedi saya ulang dan populerkan di tengah anggota baru RO’YUNA, lansung menjadi bahan ketawaan....he.....he.....he......begitu ceritaku hari ini, kamu apa ceritamu hari ini?

berikut koleksi kata-kata populer dan kerap menjadi bahan ketawaan da ejekan, "perjalanan dinas, mantap, eksekusi dan waduh (karya ahyar Rosiadi), enteh Yusuf Tantowi, dramatisir Mahes/Cos, terkonci, terkontaminasi, rekonstruksi, deskripsi, saya cuman hawatir, jangan sampai kita terjebak pada persoalan yang sama, Sulaedi  

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis