Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Visi Loteng Bersatu, Semoga Bukan Mimpi

Beriman, sejahtera dan bermutu (Bersatu). Demikian visi pasangan Suhaili FT dan Normal Suzana (maiq-meres) pada kampanye Pemilukada Lombok Tengah beberapa waktu lalu, di hadapan para pendukung, simpatisan dan segenap lapisan masyarakat.Yang kemudian dijabarkan dalam tujuh komitmen perubahan, antara lain pendidikan gratis untuk orang miskin dari SD sampai SMA sederajat, persalinan gratis bagi seluruh ibu hamil, mempasilitasi lahirnya 250 koprasi unggulan dan sepuluh 10 ribu wirausaha, pembangunan pos keamanan terpadu, peningkatan alokasi dana desa yang berorientasi percepatan pembangunan desa, reformasi birokrasi dengan berdiri terdepan sebagai teladan dan santunan kematian bagi masyarakat.

Terpilihnya pasangan maiq meres sebagai pasangan bupati dan wakil bupati pada Pemilukada bumi Tatas Tuhu Trasna Loteng kemarin, tentunya tidak terlepas dari adanya niat baik, keinginan dan secercah harapan dari masyarakat Paling tidak di bawah kepemimpinan mereka akan mampu membawa sedikit perbaikan terhadap kesejahteraan hidup masyarakat. Di atas pundak merekalah, (pasangan maiq meres) masyarakat menaruh harapan besar, melalui janji-janji politik yang disampaikan, saat melakukan kampanye pada Pemilukada beberapa waktu yang lalu.

Kini masyarakat menunggu realisasi janji-janji politik tersebut. Dan momomen seratus hari kepemimpinan mendatang akan menjadi catatan penting, sekaligus uji kelayakan bagi pasangan maiq meres, mengenai sejauh mana komitmen dan keseriusan mereka melakukan perubahan di Loteng melalu penjabaran dan pelaksanaan visi misi yang pernah dijanjikan, “Lombok Tengah Bersatu”.

Momen seratus hari kepemimpinan maiq meres mendatang, juga akan mempertaruhkan citra dan nama baik mereka dimata masyarakat dalam masa kepemimpinannya lima tahun mendatang, maupun untuk bisa terpilih pada pemilukada selanjutnya, apakah maiq meres mampu tampil sebagai pemimpin pelayan rakyat atau semakin menambah penderitaan rakyat?. Ditengah semakin memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan partai politik sekarang ini sejatinya merupakan ajang bagi maiq meres untuk membuktikan kepada masyarakat, kalau mereka terpilih sebagai pemimpin semata-mata bukan karena ambisi mendapatkan kursi, melainkan hadir membawa misi perubahan.

Misi Perubahan.

Perubahan dan perbaikan secara struktural kelembagaan pemerintahan maupun kemasyarakatan, mungkin saja akan tercapai manakala pasangan maiq meres berani melakuakan terobosan secara radikal, berani melepaskan atribut-atribut atas nama kesukuan, kelas bangsawan, kelompok ataupun golongan. Hal inilah yang tidak pernah berani dilakukan oleh kebanyakan kepala pemerintahan, ketika kursi kekuasaan mengalami peralihan. Sikap arogan, mutasi besar-besaran balas dendam atas nama pribadi dan golongan senantiasa di kedepankan serta menjadi pemandangan yang tidak mengenakan, akibatnya kekompakan, kebersamaan dan rasa kekeluargaan dalam menjabarkan visi misi pemerintahan seringkali tidak jalan dan cendrung stagnan.

Walhasil lima tahun masa pemerintahan berjalan, bukannya banyak terjadi perubahan, malahan banyak program kerja yang mengalami kegagalan. Lihat saja Lombok Tengah dalam masa pemerintahan duet antara H. L. Wira Atmaja - L. Suprayitno, hampir tidak ada perubahan yang cukup membanggakan. Karena hubungan antara Bupati dengan wakilnya tidak mengalami keharmonisan. Akibatnya rumusan dan rancangan setiap program kerja yang akan dijalankan sudah barang tentu mengalami gangguan, karena tidak adanya kesepahaman dalam setiap pengambilan kebijakan secara kelembagaan struktur pemerintahan, maupun sosial kemasyarakatan.

Kasus penggelembungan data base guru honorer yang mencuat beberapa bulan yang lalu, penempatan pejabat secara tidak profesional di lingkungan pemerintahan merupakan salah satu bukti, betapa sistem yang ada di birokrasi pemerintahan Kabupaten Lombok Tengah selama ini masih sangat bobrok. Belum lagi masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, angka pengangguran yang semakin tidak terbendungkan pembangunan infrastruktur jalan, sebagai penopang kegiatan prekonomian, yang seharusnya menjadi prioritas paling diutamakan, tidak banyak mengalami perubahan.

Karena pemegang kekuasaan dalam pengambilan setiap kebijakan jarang dilakukan atas dasar kebijaksanaan, dan standar kelayakan. Hasil kerja yang didapatkan pun seringkali tidak mampu memberikan kepuasan. Penempatan jabatan yang tidak di dasarkan profesionalisme kerja turut berkontribusi menciptakan kegagalan, akibat etos kerja pegawai dan karyawan yang seringkali serampangan. Malahan sebagian pejabat kelas penjilat di lingkungan pemerintahan Loteng kesenangannya melaksanakan kerja berdasarkan ABS alias Asal Bapak Senang. Kondisi ini tentunya semakin memperburuk keadaan.

Politik Golongan.

Bicara soal kesukuan, kelas bangsawan dan golongan ada hal menarik yang patut menjadi sorotan. Kalau Kabupaten Lombok Timur selama ini dinilai banyak kalangan, pengangkatan dan penempatan pejabat pemerintahannya banyak dilakukan atas nama ormas keagamaan. Maka Loteng selama lima tahun roda pemerintahan berjalan, mulai dari pemilihan, penempatan pejabat pemerintahan, pengambilan kebijakan sampai perekrutan karyawa selain atas nama golongan, ternyata banyak dilakukan berdasarkan kelas bangsawan.

Karena itu masa kepemimpinan pasangan maik meres benar-benar diharapkan akan mampu memposisikan diri sebagai penengah, merangkul semua unsur dan elemen masyarakat untuk membangun masa depan Loteng kearah yang lebih baik, tanpa harus melihat unsur organisasi, golongan dan kelas bangsawan. Melainkan lebih mengedepankan profesionalisme kerja dalam menciptakan keselarasan dan keharmonisan hubungan dalam bingkai suasana kedamaian, persaudaraan dan kebersamaan.

Sebagaimana yang disampaikan Gubernur NTB TGH. Zainul Majdi dalam sambutannya saat melantik pasangan Suhaili FT-Normal Suzana, sebagai pasangan bupati dan wakil bupati Loteng beberapa waktu lalu. Meminta mengharapkan mereka supaya mampu merangkul dan bekerja secara profesional, menjaga kekompakan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam memajukan Loteng, melakukan mutasi dan menempatkan pejabat secara objektif dan proporsional.

Objektif! Apakah iya Gubernur sudah konsisten atau malah inkonsisten dengan masukannya. Sudahkah Gubernur melakukan pengangkatan dan penempatan pejabat pemerintahan di lingkungan pemerintah Propinsi NTB secara objektif dan profesional? Wallah hualam. Kini Segudang pekerjaan menunggu pasangan maik meres untuk segera dirampungkan persoalan ekonomi, pendidikan, kesehatan, tingginya angka kemiskina, perbaikan infrastruktur yang belum memadai, dan masalah pengangguran kerja yang cendrung meningkat. Semoga hasil kejanya memajukan Loteng seindah jargon maiq meres []

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis