Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Sampah, Memudarnya Berkah Kota Ibadah

Sesunggunya kebersihan itu merupakan bagian dari iman

Selain masalah pendidikan kesehatan dan kemiskinan, persoalan lain yang seringkali mengemuka dan banyak menjadi sorotan di beberapa Kabupaten Kota di NTB adalah masalah kebersihan. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan arti penting memelihara kebersihan, terkadang menjadikan sebagian mereka demikian, acuh dan tidak peduli dengan kondisi kebersihan lingkungan sekitar

Kota Mataram misalnya. Kalau di bandingkan dengan masa pemerintahan sebelumnya, Tanpa maksud melebihkan di bawah pemerintahan almarhum H. Muhammad Ruslan, terlepas dari kekurangannya selama memimpin Kota Mataram. Cerminan Kota Mataram sebagai Kota ibadah, dengan bermottokan “religius berbudaya” terasa lebih nyaman kedengaran, ketimbang kondisi Mataram belakangan ini.

Perhatian pemerintah akan kebersihan Kota Mataram dan pengelolaan sampah, dengan tingkat kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkunga, di bawah pemerintahan M. Ruslan tergolong tercatat cukup baik. Ini terbukti dari sejumlah penghargaan yang didapatkan dalam beberapa kali lomba kebersihan. Di bandingkan dengan masa pemerintahan dua tahun terahir, keberkahan Kota Mataram sebagai Kota ibadah terasa semakin menjauh, tenggelam dan menghilang di tengah hiruk pikuk kesibukan pemerintah mengurus birokrasi dan bagi-bagi jatah kekuasaan.

Tingkat kesadaran masarakat Kota Mataram memelihara kebersihan mengalami kemunduran. Lokasi tempat pembuangan sampah yang terkadang cukup jauh, belum tersedianya tong penampung sampah secara memadai dan tingkat kepadatan penduduk, keengganan mengeluarkan sejumlah iuran membayar tukang sampah, menjadikan sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kurang mampu menempuh jalan pintas, nekad membuang sampah secara sembarangan, di pinggir jalan maupun selokan drainase.

Puncaknya ketika musim hujan tiba, sampah-sampah tersebut seringkali menyumbat selokan drainase dan mengakibatkan banjir. Dalam dua tahun terahir, di beberapa titik badan jalan sekitar lingkungan Kota Mataram sudah beberapa kali terjadi banjir. Meski berlansung dalam skala kecil dan tidak sampai menggenangi rumah warga. Tetapi genangan air tersebut setidaknya mengganggu masyarakat pengguna jalan dan kendaraan bermotor yang melintas, akibat semua badan jalan tergenangi luapan air hujan dari selokan drainase.

Selain faktor keberadaan drainase mengalami penyempitan, akibat sebagianya ditutupi dan dijadikan beberapa warga sebagai lahan permukiman, juga akibat tersumbatnya selokan drainase oleh tanah, lumpur dan sisanya akibat tersumbat sampah rumah tangga. Di sejumlah sudut permukiman masyarakat Kota Mataram, terdapat sampah rumah tangga yang dibiarkan menumpuk dan berserakan.

Kondisi ini terkadang menjadikan Kota Mataram terkesan semerawut tidak terurus dan kurang elok untuk dipandang. Itu baru dilingkungan permukiman warga yang memang merupakan pemandangan yang tidak asing lagi disaksikan. Jangan lagi berbicara soal kebersihan pantai. Pantai Tanjung Karang misalnya. Di sebagian pinggir pantai, terutama yang menghubungkan lansung pantai dengan sungai dekat taman Tanjung Karang, tempat sebagian masyarakat Kota Mataram sering mangkal melakukan rekreasi atau sekedar jalan-jalan menikmati udara sore. Berbagai jenis sampah nampak berserakan dan tergenang.

Kesan kumuh dan tidak terawat terkadang menjadi pemandangan tidak mengenakkan. Sebagai taman Kota yang sering dikunjungi banyak orang. Pemerintah Kota Mataram semestinya memberikan perhatian serius, melakukan pemeliharaan kebersihan pantai sekitar kolam dan taman tersebut. Mengingat masyarakat yang berkunjung ke tempat tersebut, tidak saja dari masyarakat Kota Mataram semata. Masyarakat dari luar Mataram, bahkan masyarakat dari daerah lain di luar NTB bisa saja datang ke tempat ini.

Melihat serakan sampah, kebersihan skitar kolam dan taman tidak terawat bagus, tentu bisa menimbulkan kesan tidak baik terhadap wisata dan citra Kota Mataram sebagai Kota bermottokan religius berbudaya. Semestinya motto “religius berbudaya” mampu menjadi cerminan sekaligus spirit bagi pemerintah terpacu melakukan pembenahan dan perbaikan di bidang pengelolaan dan penanganan masalah sampah.

Peran serta pemerintah memberikan perhatian secara serius mengenai penanganan persoalan sampah sangat dibutuhkankan, dalam membangun kerjasama dan kesadaran masyarakat turut serta memelihara kebersihan. Mengingat persoalan kebersihan tidak saja sebatas menjaga pencitraan atau sekedar ajang mendapatkan penghargaan. Lebih dari itu, kebersihan, kenyamanan dan kesehatan masyarakat, mesti menjadi prioritas.

Sesuatu hal yang sangat memalukan mendapatkan penghargaan, manakala persoalan sampah masih ditemukan, apa guna pencananganan program kesehatan gratis, kalau persoalan kebersihan masih minim mendapatkan perhatian. Upaya penanganan persoalan sampah dalam hal ini juga bisa dilakukan pemerintah Kota Mataram dengan menggandeng sejumlah tokoh adat dengan membuat awik-awik yang dibarengi dengan sangsi tegas bagi masyarakat yang dinilai melakukan pelanggaran dan tidak patuh dalam memelihara kebersihan lingkungan.

Melibatkan tokoh agama dan kiyai, tuan guru melalui acara-acara keagamaan atau pengajian yang diselenggarakan. Atau bisa juga dengan menggandeng kelompok akademisi dari sejumlah PTAIN dan PTAIS yang ada di Kota Mataram, dari sekelas magister, doctor hingga guru besar bisa ditemukan, yang pemahaman keimuan agamanya cukup mumpuni. Semoga

Ayo Menulis