Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Hari Buruh dan Suara Sumbang Wartawan

Puluhan jurnalis dari berbagai media NTB saat menggelar aksi damai memperingati hari kebebasan pers sedunia di depan kantor Gubernur NTB, Foto : Turmuzi
Bulan mei menjadi bulan istimewa dan sangat penting bagi masyarakat. Tanggal 1 Mei misalkan merupakan hari buruh internasional, diperingati seluruh buruh di dunia, menuntut peningkatan kesejahteraan dan perbaikan sistem pengupahan dari pemerintah dan perusahaan. Kemudian 2 Mei merupakan hari pendidikan nasional (Hardisknas) sebagai ajang melakukan refleksi dan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia

Sementara 3 Mei 2016 sebagai hari kebebasan pers sedua. Dari tiga hari dan tanggal penting tersebut, peringatan hari buru dan hari kebebasan pers sedua paling menarik untuk diulas. Ketika buruh di seluruh dunia memperingati hari buruh internasional dengan melakukan aksi damail, melakukan demonstrasi menuntut kesejahteraan,

Jutaan jurnalis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia justru sibuk menjalankan tugas perusahaan media melakukan liputan jalannya aksi demonstrasi dilakukan buruh perusahaan lain, sementara jurnalis sendiri melupakan kalau dirinya juga merupakan buruh dari perusahaan media yang mempekerjakan, tidak ada aksi dan tuntutan memuntut kesejahteraan

Kritikan, curhatan hati wartawan terhadap perusahaan yang mempekerjakan paling hanya berani dilakukan melalui status sosial media black berry, whatshap maupun facebook, dan hanya bias ditemukan dalam bentuk catatan kolom media sosia blogger atau website media online. Moncong camera dan kemampuan mengkritik perusahaan lain yang memperlakukan buruh seperti sapi perahan, juga tidak kuasa digunakan untuk melawan perusahaan media tempat bekerja
Dalam sejarah peringatan hari buruh sedunia, tidak akan pernah misalkan ditemukan wartawan melakukan aksi demonstrasi kepada perusahaan media yang mempekerjakan menuntut kesejahteraan, tidak akan ada juga ditemukan kolom ulasan berita atau tayangan pemberitaan televisi, berisi protes dan tuntutan wartawan sebagai buruh, menuntut atau mengecam perusahaan supaya menaikkan gaji dan kesejahteraan

Kalaupun ada yang berani kritis dan menentang perusahaan, sangsi, teguran lisan, Surat Peringan sampai pemecatan sudah siap menati dari perusahaan media yang mempekerjakan. Tetap bekerja tanpa melakukan perotes terhadap kebijakan perusahaan atau terus melakuk perlawanan dengan sangsi pemecatan menjadi pilihan

Kondisi tersebut sangat kontras misalkan ketika orang lain atau masyarakat mengalami penindasan, tidak mendapatkan pelayanan memuaskan dari aparat hukum dan pemerintahan, wartawan atau pekerja media lain terkadang berani pasang badan melakukan pembelaan melalui ulasan berita diturunkan.

Giliran dirinya mendapatkan penindasan dari perusahaan media yang mempekerjakan, ketikan antara upah diterima dengan jam kerja dibebankan tidak mengalami ketidakadilan, tidak banyak bisa dilakukan, kecuali harus pasrah dengan keadaan.

Masalah Kekompakan
Cem


Harus diakui masalah kekompakan di kalangan wartawan jurnalis dan reporter terutama di NTB masih sangat memperihatinkan, sikap egoisme, sentimen, pengkotakan diri atas nama kelompok, jenis media dan kepentingan menjadi pemandangan sudah biasa disaksikan, sehingga tujuan besar bersama senasib dan sepenanggungan, bekerja mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan media sampai sekarang belum mampu diwujudkan


Tidak saja soal perbedaan kepentingan dan perusahaan media, perbedaan atribut dan indentitas organisasi kewartawanan tempat bernaung juga kerap menjadikan sebagian pekerja media seringkali berlaku arogan, merasa diri paling benar,  menampilkan sikap intoleran dengan melakukan penghakiman secara berlebihan dengan teman berbeda pandangan dan pilihan

Momentum hari buruh internasional dan hari kebebasan pers sedunia seharusnya tidak saja sekedar acara seremonial melakukan aksi damai, membawa spanduk dan poster bertuliskan kecaman atau berorasi membacakan tuntutan. Tuntutan tetap saja sebatas tuntutan termasuk surat pernyataan dan hanya akan menjadi kenangan, diabadikan, dikenang dalam bentuk catatan pemberitaan koran dan sorotan vidio dan jepretan camera, tanpa disertai tindakan

Momentum tersebut semestinya menjadi awal melakukan gerakan dan aksi bersama menyatukan pandangan dengan berserikat tanpa harus mempermasalahkan perbedaan pandangan dan pilihan setiap orang



Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis