Menulis Sebagai Aktifitas Menyenangankan, Bukan Keterpaksaan

Perdebatan yang Tidak Mencerahkan


Lihatlah keempat pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur di bawah, raut dan ekpresi wajah mereka nampak ada yang sumeringah, ada juga yang seolah kelihatan sengaja didramatisir dalam kepura puraan menampilkan kewibawaan dan ketokohan sebagai figur yang didewakan demi meraup dukungan.

Dari wajah mereka juga seolah ingin menampilkan dan meyakinkan diri dan masyarakat, sebagai tokoh yang memang pantas dijagokan masyarakat sebagai pemimpin yang mampu menciptakan perubahan, membrantas kemiskinan, pengangguran dan melakukan pemerataan pembangunan

Ya hari ini sekitar Jam 80.00 tengah dilangsungkan debat kandidat dan bedah visi misi pasangan cagub dan cawagub yang diselenggarakan oleh KPU NTB di kantor DPRD Propinsi NTB, yang disiarkan lansung oleh TVon, Lombok TV dan TVRI NTB memperdebatkan visi misi dan program yang akan dicanangkan masing2 calon

Sebuah agenda dan tontonan yang terkadang begitu memuakkan untuk disaksikan, karena proses perdebatan yang berlansung tidak sebatas bualan dan pepesan kosong yang tidak mendidik dan mampu mencerahkan, layaknya tontonan bayolan lawakan yang hanya mampu menghibur dan memberikan kegembiraan pada saat permainan dilangsungkan, setelah lawakan selesai hanya tinggal kenangan

Perdebatan yang berlansung nantinya bisa dipastikan lebih banyak didominasi dengan prilaku dan sifat keakuan, kesombongan dan keangkuhan masing2 pasangan calon, mengklaim keberhasilan yang diukur dari banyaknya angka dan penghargaan yang didapatkan termasuk tidak jarang menggunakan atribut, simbol dijadikan sebagai bahan jualan

Dari keempat pasangan calon tersebut saya justru masih belum melihat dan masih ragu, apakah motivasi mereka mencalonkan diri, termasuk calon incumben memang murni demi kepentingan masyarakat NTB, atau sebatas bulan kosong sebagai alat membodohi rakyat dengan janji penuh kebohongan, hanya demi mendapatkan kekuasaan.

Justru yang lebih mencuat kepermukaan dari masing-masing calon adalah sikap dan ambisi kekuasaan. Karena dalam politik sifat kemanusiaan itu lebih berada pada posisi yang di nomorduakan, cendrung yang lebih banyak berbicara adalah kepentingan, dan kekusaan dan kepentingan golongan.

Catatan ini tidak hendak mau mempengaruhi anda dalam menentukan pilihan, tetapi apakah ia ketika sosok keteladanan dari beberapa calon pemimpin yang akan kita pilih saat ini, tidak satupun sesuai dengan kriteria pemimpin didambakan. Bukankan sama saja dengan membeli kucing dalam karung. Silahkan anda yang menentukan?



1 komentar :

7 Mei 2013 pukul 08.10

Mantap tulis terus tur, baca juga Politik Oportunis

Reply

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, komentar positif dan bersifat membangun akan menjadi masukan dan perbaikan

Ayo Menulis