Tidak
tau dalam beberapa bulan terahir, saya gemar sekali mengoleksi kata-kata yang
sering diucapkan teman, mendokumentasikannya kemudia mempopulerkannya menjadi
bahan candaan, olokan dan ejekan, disekitar lingkaran kawan terdekat, entah
pada saat ngumpul bareng maupun melalui SMS. Apalagi kalau sudah melihat
mahasiswa dalam berbagai kesempatan di forum diskusi maupun pelatihan, demikian
berapi-api.
Hem,
maklumlah namanya juga mahasiswa, bukan mahasiswa namanya kalau tidak ngomong
berapi, penuh teori dan sedikit mutar-mutar. Mereka mau pergi ke pasar Ampenan,
tetapi mutar lewat pasar bertais......he.....he.....he......dasar mahasiswa memang
pandai berteori, tetapi miskin implementasi...eit pi gini-gini saya juga pernah
menjadi bagian dari mahasiswa lho
Kebisaan
saya mengoleksi kata-kata saya dimulai sewaktu mengikuti kongres kebudayaan
pemuda Indonesia di Jakarta, yang berahir kacau dan memalukan, terjadi
perseteruan antara panita dan peserta soal transparansi anggaran kongres. Saat itu
hadir penulis buku “negara paripurna” Yudi Latif yang akan menutup acara
kongres.
Saat Yudi
Latif berniat hendak berniat menenangkan peserta kongres dan mulai berbicara,
seorang peserta yang kebetulan juga mahasiswa dari salah satu daerah melompat
dengan sigap kedepan, bak pendekar sakti mandraguna hendak melempar ajian rawa
rontek, lantas berkata kepada Yudi Latif “pokoknya kami tidak mau acara ini
dilanjutkan, bapak ini terlalu berapoloji”
Semenjak
saat itu, kata berapoloji sering saya pakai untuk mengolok teman di daerahku
yang kerap ngomong terlalu lebay. Ini juga terjadi sewaktu mengikuti pelatihan
jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) yang diselenggarakan LPM RO’YUNA di Lombok
Timur beberapa waktu lalu.
Ada seorang
kawan namanya Sulaedi, orang paling suka berteori dan bikin turmuzi sakit hati lok
ngomong, tetapi begitulah, bukan Sulaedi namanya lok dk berapoloji, saat di
mintai komentarnya tentang hasil liputan anggota baru RO’YUNA, Sulaedi berkata “kalau
saya tidak mau menghakimi, saya cuman khawatir, jangan sampai kita terjebakpada persolan yang sama.
Mendengar
kata-kata itu lantas pikiran usil saya tergerak untuk mempopulerkan kata
tersebut sebagai bahan ejekan bagi kawan Sulaedi. Benar saja ketika kata2
sulaedi saya ulang dan populerkan di tengah anggota baru RO’YUNA, lansung
menjadi bahan ketawaan....he.....he.....he......begitu ceritaku hari ini, kamu
apa ceritamu hari ini?
berikut koleksi kata-kata populer dan kerap menjadi bahan ketawaan da ejekan, "perjalanan dinas, mantap, eksekusi dan waduh (karya ahyar Rosiadi), enteh Yusuf Tantowi, dramatisir Mahes/Cos, terkonci, terkontaminasi, rekonstruksi, deskripsi, saya cuman hawatir, jangan sampai kita terjebak pada persoalan yang sama, Sulaedi
Posting Komentar