Dalam
beberapa kali kesempatan diundang berbagi pengalaman menulis dengan teman-teman
mahasiswa di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) RO’YUNA, maupun dengan siswa beberapa
sekolah. Pertanyaan bagaimana memulai menulis, bagaimana dalam menulis semua
ide di kepala bisa kita tuliskan dengan lancar, mengalir seperti kita
berbicara, sudah pasti menjadi pertanyaan peserta pelatihan sampai berulangkali.
Saya
dilemparkan pertanyaan seperti itu, terkadang juga bingung, harus memulai
menjawab dari mana dan menjawab dengan teori mana. Karena saya sendiri tidak
memiliki ilmu sakti dan cukup mumpuni, bisa membuat mereka lansung pandai untukmenulis, dengan banyak teori seperti dilakukan penulis-penulis hebat seperti
Hernowo, Andreas Sarefa, Golagong maupun penulis hebat lain.
Sebab
bagi saya tidak ada teori baku untuk bisa menulis, seperti karya ilmiah di
Perguruan Tinggi (PT) dengan segudang embel-embelnya. Beberapa buku tentang
teori maupun motivasi menulis, yang dihasilkan sejumlah penulis produktif dan
ternama sebagian besarnya mereka tulis dari pengalaman masing-masing penulis.
Dengan demikian jelas mulai dari cara, bentuk ,model dan gaya menulis mereka
akan berbeda satu dengan lainnya.
Karena
itu, kalau dilemparkan pertanyaan seperti itu, saya lebi tertarik menjawab
dengan pengalaman pribadi, dengan mengurangi banyak teori dan lebih banyak
praktik menulis dan terus menulis apa saja yang menjadi kegelisahan pikiran
saya di jejaring sosial facebook, bloger, kompasiana maupun melalui media masa
berupa koran, dalam bentuk opini.
Menulis
bisa juga dimulai dari menuliskan pengalaman dan aktivitas keseharian, tidak
harus memaksa diri untuk menulis sesuatu yang berat dan terkesan dipaksakan.
Ini bisa menjadikan pikiran pusing, tulisan tidak tuntas dan orang juga akan
malas membaca tulisan kita dengan bahasa berat dan sulit dipahami. Apalagi
kecendrungan pembaca saat ini, khususnya di media online lebih senang dengan bacaan pendek ringan dan menghibur.
Gaya
penulisan seperti inilah yang coba mulai saya terapkan di blog ayo menulis,
menulis yang dalam bahasa kerennya, menulis yang renyah dan mudah
dikunyah....he.....he.....he....terlalu berapoloji jadinya, pakai bahasa renyah
dan mudah dikunyah segala, memangnya kerupuk. Yup yang pasti untuk bisa menulis,
mulailah dari pengalaman sehari-hari, dan yang pasti gunakanlah gaya penulisansendiri, bukan dengan gaya turmuzi...he....he....he.....selamat mencoba.
1 komentar :
keren lah, nice info
Posting Komentar