detikindonesia |
Entah siapa yang memulai dan atas pertimbangan
apa beberapa teman seringkali menyebut salah satu masjid Perguruan Tinggi (PT)
ternama di Mataram dengan julukan masjid ‘Jihad’. Tapi seingat saya, julukan
tersebut disematkan teman – teman karena materi khutbah jum’at yang disampaikan
oleh salah satu khotib seringkali dinilai keras dan provokatif, terutama ketika
berbicara islam dan barat
Terutama Amerika dan Israel selalu
diidentikkan dengan kaum kafir, musuh islam yang harus diperangi dengan jihad
(perang) atas sejumlah kejahatan kemanusiaan dilakukan terhadap umat islam,
misalkan ekspansi militer yang dilakukan Israel atas negara Palestina dan
beberapa kejahatan atas umat islam yang dituduhkan didalangi Amerika dan sekutu
Seingat saya, materi khutbah yang paling
prvokatif dan penuh dengan nuansa kebencian yang pernah disampaikan khotib
masjid tersebut adalah saat mengucapkan kata ‘bedebah Amerika’, kutukan dan
laknat Allah bagi Israel, Yahudi, Zionis
beserta antek – anteknya, atas kejahatan dilakukan terhadap umat islam di
Palestina
Sekilas kalau ditangkap, khotbah disampaikan
khotib tersebut barangkali, mungkin sebagai bentuk rasa simpati terhadap umat
islam di Palestina dan kecaman serta kutukan atas kejahatan kemanusiaan
dilakukan Israel melakukan ekspansi militer atas negara Palestina yang menelan
banyak korban jiwa
Mulai dari orang tua, perempuan dan anak –
anak dan setiap kejahatan kemanusiaan
atas nama apapun, semua orang, dari latar Suku, agama, ras, agama dan negara
manapun pasti akan mengecam hal tersebut, termasuk dari umat islam
Tapi bagaimanapun dalam etika komunikasi, jelas
kurang elok untuk didengarkan dan secara tidak langsung khotib, selain
memprovokasi juga telah menghasut jamaah untuk menebar kebencian berlebihan dan
bisa saja mengarah pada tindakan radikalisme jamaah dan tindakan radikalisme
sebenarnya dimulai dari kebiasaan masyarakat mendengarkan ceramah, khotbah dan
pengajian tidak sehat dan mencerdaskan
Syukur
kalau semua jamaah cerdas, materi khutbah semacam itu mungkin dianggap
angin lewat, kalau kemudian itu disampaikan dihadapan jamaah yang pemahaman
agamannya rendah atau awam, semua isi khotbah, ceramah disampaikan sang juru
dakwah atau khotib bisa ditelan mentah – mentah dan tertanam kuat di memori
otak seorang jamaah kemudian bisa jadi radikal
Islam
Ramah, Bukan Pemarah
jalandamai |
Khotib dengan materi khutbah semacam itu memang
satu dari sekian khotbah jum’at yang pernah saya dengarkan di beberapa masjid
setiap hari jum’at . Harus diakui khotib,
penceramah, tokoh agaman, Tuan Guru (Kyai) selama ini memang memegang peranan
strategis di tengah masyarakat, terutama dalam kehidupan beragama bahkan
bermasyarakat
Akan seperti apa kehidupan beragama
masyarakat, bergantung bagaimana tokoh agama menyampaikan ajaran dan pemahaman
keagamaan dijalankan, melalui ceramah atau khutbah disampaikan. Kalau juru
dakwah mampu menampilkan cerama dan pesan keagamaan dengan cara damai dan sehat,
maka bisa dipastikan akan berdampak pula bagi kehidupan keagamaan masyarakat
yang sehat dan cerdas . Karena itulah juru dakwah maupun khotib haruslah sosok
yang tidak saja sekedar bisa berdakwah dan pandai membaca
Tapi juga harus dilandasi pengetahuan, pemahaman
agama yang kuat, pemikiran luas dan terbuka dalam melihat persoalan, sehingga
dakwah atau khotbah disampaikan juga bisa membangun dan menggugah kesadaran
masyarakat dalam menjalankan kehidupan agama secara baik dan benar, tanpa ada embel
kekerasan
Untuk itulah, penceramah maupun khotib
haruslah sosok yang memiliki pemahaman agama mendalam, terbuka dan memiliki
wawasan luas, dengan demikian materi khutbah dihadirkan, selain lebih sehat dan
bisa disampaikan dengan bahasa mendamaikan, juga lebih kontekstual dengan
kehidupan masyarakat
Apalagi di era kehidupan masyarakat sekarang,
dengan berbagai problema kehidupan dihadapi demikian kompleks, membangun
kesadaran dan sikap optimisme masyarakat dalam kehidupan, tentu tidak sekedar menceramahi,
tapi lebih dari itu, bagaimana membantu masyarakat bisa keluar dari keterpurukan, dengan
memberikan pencerahan dan solusi
tongkronganislam |
Tidak saja berbicara tetang hubungan manusia dengan
tuhan, tapi juga bagaimana membangun hubungan dengan sesama manusia, melakukan
interaksi sosial dan hubungan dengan alam, wahablumminallah,
whablumminannas, wahablumminal alam, sehingga dengan demikian akan terjadi
keseimbangan
Dalam salah satu kesempatan diskusi tentang
masa depan kebebasan beragama di Mataram, intelektual muslim Indonesia, Masdar
Mas’udi mengatakan, kalau kita benar – benar mempelajari dan memahami ajaran
islam secara benar, maka tidak akan pernah ditemukan ajaran islam yang
mengajarkan kekerasan. Islama merupakan agama yang mengajarkan dan menjujnjung
tinggi kedamaian
Islam seringkali nampak tampil dengan wajah
kekerasan disebabkan oleh ulah beberapa gelintir umat islam yang pemahaman
beragamannya dangkal, tidak mampu
memahami ajaran islam secara utuh dan mendalam sebagai ajaran rahmatallil
alamin, ajaran yang membawa kedamaian
Dalam beberapa ceramah atau khutbah ajakan
‘jihad’ misalkan seringkali dimaknai sebagai ajakan melakukan kekerasan atau
peperangan, padahal kata ‘jihad’ mengandung makna sangat luas, tidak saja
identik dengan ajakan memerangi kebatilan dengan mengangkat senjata, mengajak
melakukan kebaikan, tolong menolong, menyampaikan pesan perdamaian untu misi
kemanusiaan di mimbar masjid dan tempat lain di tengah masyarakat, juga
merupakan bagian dari ‘jihad’.
2 komentar
Mantap ayoo...menulis
berangkasku.blogspot.co.id
Posting Komentar