Berkunjung
dari kantor satu ke kantor lain hampir menjadi rutinitas yang tidak pernah
absen ia lakukan. Setiap pagi hingga menjelang siang Ibu tiga anak ini
berkeliling menjajakan sayuran kepada pegawai dinas pemerintah Kota Mataram,
dengan sepeda tua yang senantiasa setia menemani.
Profesi itu
dijalani Ibu Eliana, wanita paruh baya kelahiran Otak Desa Dasan Agung
Mataram ini sejak masih muda. Kondisi ekonomi keluarga, memaksa Eliana
harus ikut membanting tulang memenuhi kebutuhan hidup sehari hari termasuk
membiayai anaknya yang masih sekolah, bersama suami yang sehari hari hanya
berprofesi
sebagai kuli bangunan.
"Dulu
sebelum saya menjual sayur sayuran, saya sempat jualan nasi bungkus dan snack
ke kantor dan kampus, tetapi sekarang sudah tidak lagi, karena kurang pembeli,
setelah itu saya putuskan jual sayuran sampai sekarang" cerita Eliana.
Penghasilan yang didapat dari hasil menjual sayuranpun tidak seberapa, paling banyak 30.000, itu juga kalau tidak di bon (hutang). Terkadang malah tidak dapat apa apa. Karena lebih banyak dihutang ibu pegawai itu, kata Eliana sambil menyeka keringat dingin yang bercucuran dari wajahnya.
Penghasilan yang didapat dari hasil menjual sayuranpun tidak seberapa, paling banyak 30.000, itu juga kalau tidak di bon (hutang). Terkadang malah tidak dapat apa apa. Karena lebih banyak dihutang ibu pegawai itu, kata Eliana sambil menyeka keringat dingin yang bercucuran dari wajahnya.
"meski
keuntungan yang saya dapatkan dari menjual sayuran tidak seberapa, dan sering
diutang, saya merasa bersukur kebutuhan keluarga termasuk biaya sekolah
anak saya bisa terpenuhi, meski pas pasan. Ini mungkin yang dinamakan sengsara
membawa nikmat. Kata Eliana pada lombokita senin (26/11) sambil berlalu
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Posting Komentar