Ayomenulis. Selain
mendapatkan banyak pencerahan dan pengetahuan baru tentang menulis menggunakan
gaya bertutur, sebagai gaya penulisan jurnalisme warga, yang banyak digunakan
kelompok masyarakat di sosial media bloging,
wordpres, facebook maupun beberapa jenis sosial media lain dalam menuliskan
berbagai pristiwa yang dilihat, disaksikan, dirasakan dan difikirkan di lingkungan
sekitar
Diacara
workshop jurnalisme warga yang
berlansung selama empat hari, dari tanggal 27-30 Agustus 2014 di hotel Mercure
Alam Sutra, Serpong Tanggerang selatan, bersama beberapa utusan lembaga dari
beberapa daerah, yang diselenggarakan Kemitraan tersebut
Saya
bisa berkesempatan berdiskusi dan sharing
pengalaman secara lansung pencetus blog
warga kompasiana, Pepih Nugra dan dua penggelola dapur kompasiana lain,
Iskandar Zulkarnain dan Nurullah, tentang menulis dan ngeblog di sosial media
Hal
lain membuat saya senang dari acara workshop
tersebut, bisa mendapatkan hadiah buku istimewa “Etalase Warga Biasa” dari wartawan senior sekaligus inisiator
pencetus kompasian yang sampai sekarang telah memiliki member dan digunakan
masyarakat dari berbagai kelompok, kalangan dan kelas
Mulai
dari kalangan profesional, penulis, kolumnis, jurnalis hingga masyarakat biasa
dan ibu rumah tangga, sebagai sosial media alternatif melakukan dialog, diskusi
dan sharing pengalaman, pengetahuan
dan informasi tentang berbagai hal dan pristiwa, dari kisah orang biasa sampai
cerita dan peristiwa luar biasa
Sebagai
blog warga yang memang sengaja
dirancang untuk warga dengan tetap mengedepankan etika, kompasiana hadir guna
menjawab kebutuhan warga akan ruang ekspresi yang selama ini, sebagian telah
diambil alih oleh media mainstream
dan media sosial lain yang membatasi ruang ekspresi bagi warga dimedia yang
dimiliki
Buku
Etalase Warga Biasa bagi saya menjadi
istimewa, bukan karena yang memberikan adalag pencetus kompasiana. Buku
tersebut menjadi istimewa karena isi yang termuat didalamnya mengisahkan,
catatan lika liku perjalanan dan perjuangan sosok Pepih Nugraha
Memperjuangkan
ide, gagasan yang awalnya mendapatkan banyak ejekan dan cemoohan.
Bagaimana
Pepih Nugraha menerima sedikikan olokan dengan panggilan Pepihsiana sampai
jalan panjang meyakinkan teman-teman dan banyak orang
Dengan
semangat yang sempat timbul tenggelam, sampai ahirnya menjadi sosial media yang
mendapat banyak pujian dan telah dijadikan sebagai ruang berbagi informasi,
ekspresi dan ruang diskusi cukup dinamis oleh sebagian masyarakat
Buku
Etalase Warga Biasa bagi saya menjadi
menarik, karena sebagian dari catatan pergulatan dan perjuangan Pepih Nugraha
bersama pengelola dapur kompasiana lain membangun dan mengembangkan kompasiana
sebagai media sosial khas Indonesia juga saya alami
Ulasan
buku tersebut paling dekat dengan pengalaman saya adalah soal aktivitas menulis
dan ngeblog yang sudah saya lakukan semenjak masih mahasiswa sampai sekarang,
dengan semangat menulis terkadang naik turun
![]() |
Fose Bareng, Pepih Nugraha, usai menerima buku "Etalase Warga Biasa" |
Dimata
sebagian orang, menulis dan ngeblog seringkali dinilai sebagai kegiatan
sampingan, tidak terlalu penting dan tidak sedikit menilainya sebagai aktivitas
sia-sia dan membuang waktu. Ukuran bermanfaat, oleh sebagian orang, ukurannya
selalu dinilai dengan uang
Kalau
aktivitas tersebut tidak lansung mendatangkan keuntungan secara finansial sudah
pasti akan dikesampingkan dan dinilai sebagai aktivitas tidak penting. Sampai
pernah suatu kesempatan, saat saya share
tulisan opini di ling blog www.turmuzitur,blogspot.com
ke sosial media facebook
Dihalaman
facebook teman tersebut berkomentar, Tur
side nulis doang porokm, buang-buang
waktu, ape bae yakm mauk, saraante bae gawe pegawean lain saq becat datengang
kepeng (Tur, kamu nulis saja pekerjaanmu, buang-buang waktu, apa mau kamu
dapat, lebih baik mencari pekerjaan lain yang cepat mendatangkan uang) cloteh
teman tersebut di bagian bawah ling tulisan yang saya share
Membaca
komentar teman tersebut, saya senyum-senyum saja. Tidak tau apakah dia
berkomentar seperti itu karena bermaksud mengolok, atau mungkin karena dari
kacamata dia, melihat aktivitas menulis sebagai aktivitas tidak penting dan
bisa mendatangkan kesejahteraan
Tapi
bagi saya, aktivitas menulis selama ini saya anggap sebagai aktivitas santai
dan memang menyenangkan, bisa menuliskan berbagai hal yang dilihat, alami, rasakan
dan saksikan yang berlansung di lingkungan sekitar. Ada kepuasan tersendiri
yang saya rasakan ketika telah menuliskan segala sesuatu di pikiran